Berdasar Twitter AU: SCAPPA
.
.
.
Menyeka tangan usai mencuci peralatan dapur, Seokjin meluruskan gulungan lengan sambil mengintip isi kamar tidur. Namjoon tak muncul lagi usai menyantap makan malam, entah mandi atau ganti baju. Pria favorit—atau yang kini dipanggilnya kekasih, betul-betul menjemput di pelataran kantor dengan helmet teracung, juga tak segan bersiul ringan ketika memperhatikan penampilan Seokjin yang masih berbalut setelan resmi. Membawa seseorang menuju apartemen memang bukan perihal langka, namun membonceng calon direktur berjas lengkap di atas motornya, jelas merupakan pengalaman baru yang berpotensi menjadi kegemaran Namjoon.
Sesuai janji, Seokjin menguasai dapur sebagai tanda terima kasih. Rona berkilau cerah melirik Namjoon yang melahap nasi berikut kubis gulung pedasnya seperti kesetanan, lagi. Entah akibat kangen masakan rumah, atau sekadar lapar selesai meladeni pengunjung restoran yang antusias menyambut kembalinya koki mereka.
Melempar diri ke hamparan kasur tanpa permisi, Seokjin tertelungkup menghirup nostalgia. Sekitar dua minggu tak menempati teritori, kondisi seprai serta penampakan ruangan tetap menguar sama. Bersih, lapang, tertata. Walau Seokjin sedikit terusik oleh kehadiran tas kertas minimarket di dekat meja lampu, entah berisi apa.
"Melamunkan sesuatu?"
Menengok terkejut, Seokjin menemukan punggungnya terkurung oleh sepasang lengan kokoh, disusul tubuh besar yang mendadak berada di atasnya. Harum maskulin sabun mengisi udara, dada telanjang terpapar membusung. Selembar handuk melilit garis pinggang, satu-satunya penutup yang menghalangi organ intim dari pantauan. Hidung Namjoon menyelinap diantara rambut Seokjin, mengendus batang tengkuk dan lelaki itu mengerti apa maksudnya.
"Belum kenyang, darling?"
"Grandma said we have second stomach made for sweets," tukas Namjoon, menumpu bobot di kedua pergelangan agar tak sedikitpun membebani lelaki di bawahnya, "And I'm trying to enjoy my dessert, here."
Tertawa kecil, Seokjin hendak bangkit menanggapi, kendati gagal akibat terhalau badan Namjoon yang beranjak meniti permukaan kemeja memakai pucuk hidung, kemudian turun perlahan menyusuri garis punggung.
"Hei, ayolah," panggil Seokjin, mawas kondisi, "Beri aku waktu untuk melepas baju."
"Hm-mm, tidak perlu," Namjoon mencegah, santai, "Lemme take care of you."
Tak banyak yang mampu dikatakan, tidak dengan sepasang bisep kekar yang mengungkung tanpa sudi memberi ruang untuk berontak. Ketika tumpuan disingkirkan, sepuluh jari berganti menyelinap ke area perut Seokjin yang masih tertelungkup, mengurai kait ikat pinggang, menarik resleting, lalu merenggut bawahannya turun sekaligus bersama dalaman. Hembus pendingin udara menyerbu kulit dan Seokjin bergidik geli. Tungkai diseret naik, memudahkan Namjoon melepas celananya dan melempar benda itu ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fanfiction[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...