50 - 19 = 31

84 13 1
                                    


•Chapter 31•

Di ruang persiapan sebelum masuk ke arena~

William terlihat sedang santai didalamnya, dia tak begitu serius mempersiapkan dirinya. Walaupun tadi dia sempat takut kepada via tapi sekarang sudah tidak.

Brak! Suara pintu terbuka sangat kencang, william mengerutkan keningnya

"kak! Ada apa?! Kenapa kakak menantangnya?!"

"dimana tata kramamu saat bertemu dengan kakakmu luzel, membanting pintu sangatlah tidak terpuji. Apa itu yang kamu dapatkan dari dunia manusia?" tanya willian sambil memejamkan kedua matanya

"maafkan aku pangeran william, maaf atas tindakan bodohku. Saya memohon ampunan darimu" ucap orang yang mendobrak pintu, luzel altair. Pangeran kedua altair atau pangeran perang altair.

"aku maafkan, apa yang mau kamu bicarakan luzel?" tanya william

"kenapa kakak menantang octavia azad malik untuk berduel? Apa yang mengganggu pikiran kakak?" tanya luzel

"aku hanya ingin mengetahui kekuatannya, aku tak akan membunuh temanmu itu ko tenang saja" ucap william santai

"tapi perbandingan umur kalian sangatlah jauh, dan lagi dia seorang perempuan, bagaimana bisa? Apakah ayah akan tinggal diam saat mengetahuinya?" ucap luzel dengan wajah serius

"ayah tak akan percaya kata katamu luzel. Perbandingan umurku dan dia memang sangat jauh, sama seperti kita. Ah," omongan william terhenti, dia membuka kedua matanya. "bagaimana jika kamu yang berduel dengannya? Kalian seumuran kan? Walaupun kamu lebih tua 1 tahun daripadanya, tapi itu tak apa. Dia mendapatkan gelar sebagai noblesse terkuat dan diakui oleh para tetua saat umurnya 10 tahun bukan? Dan kamu mendapatkan gelarmu saat umurmu 10 tahun juga kan? Harusnya kekuatan kalian berdua sangat seimbang" ucap william

"apa?! Aku-" ucapan luzel terpotong

"kamu harus mau. Tunjukan padanya sekuat apa pangeran perang dari kerajaan altair, jangan sampai kalah. Jangan mengecewakan ayah lagi, " ucap william dengan nada memperingati luzel

Luzel terdiam dengan omongan kakaknya,

"semoga kamu menang ya luzel, atau yang bisa aku panggil axell melviano" ucap william menatap lawan bicaranya yang bernama luzel altair atau yang kita lebih kenal dengan axell melviano

William pergi meninggalkan luzel didalam ruangan itu sendirian, luzel memukul dinding disampingnya.

"sial!" geram luzel

.
.
.

Diruang persiapan sebelum masuk kearena~
(Beda ruangan)

Guren mengambil pedang untuk via, sedangkan azariel dan lucas sedang mengobrol dengan via.

"william sangat kejam, jangan ragu ragu untuk melawannya. Tapi ingat, jangan sampai dia terbunuh" ucap azariel memperingati via

"dia kuat, tapi dia tak sekuat adiknya. William hanya pintar dalam mengatur posisi pasukannya, tapi pengalaman bertarung secara langsungnya sangatlah dikit. Biasanya dia menyuruh luzel untuk terjun kelapangan" ucap lucas

[1] Noblesse (Hidden Weapon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang