"alat tes kehamilan?"
Hyunjin memegangi benda persegi yg sudah terdapat dua garis merah disana. Matanya terus menelisik benda itu.
"Apa yg aku fikirkan? Mana mungkin. Ini pasti milik orang yg menginap sebelumnya."
Hyunjin mengambil benda itu lalu membungkusnya dengan tisu toilet. Setelah beres ia memasukkannya kedalam kantung celananya.
Hyunjin berjalan keluar kamar mandi sambil memasang senyum manisnya kearah ryujin.
"Mau makan sesuatu?"
Tanya hyunjin yg sudah duduk disebelah ryujin dengan tangan memeluk perut sang kekasih dari belakang.
"Tidak, aku hanya merindukanmu"
Hyunjin terkekeh pelan sambil tangannya membalik tubuh ryujin.
"Dengar, malam ini aku harus menemui klien ku lagi"
Ryujin mencebikkan bibirnya sambil menggenggam erat tangan hyunjin.
"Sebenarnya aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu"
Hyunjin menaikkan sebelah alisnya menatap bingung kearah ryujin.
"Tumben hmm?"
Hyunjin memegang dagu ryujin lalu menatap wajah kekasihnya itu dalam.
Hyunjin melepaskan tangannya lalu menundukkan kepalanya sambil tersenyum remeh.
Selang beberapa detik kemudian hyunjin kembali mengangkat kepalanya sambil tersenyum lebar.
"Malam ini aku harus pergi ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Menemui istriku. Maaf, selama ini aku berbohong. Aku sudah menikahi seseorang"
"A-apa?"
Ryujin mencoba mengambil tangan hyunjin lalu menggenggamnya erat.
"Apa maksudmu?"
"Maafkan aku, aku harus menemui istriku"
Hyunjin perlahan melepaskan genggaman tangan ryujin lalu berjalan keluar kamar hotel.
Setelah pintu tertutup dengan rapat ryujin langsung mengusap wajahnya kasar sambil mengumpat dengan keras.
"Sialan!"
Sedangkan dibalik pintu masih ada hyunjin yg menggenggam erat tangannya.
Tangannya memegang handphone yg disana terdapat foto ryujin sedang tertidur tanpa busana diatas ranjang.
Sebelum hyunjin keluar dari dalam toilet ia menerima pesan dari nomor yg tidak ia ketahui.
Itu tidak mungkin ryujin. Disana jelas-jelas hotel yg ia tempati dengan ryujin. Dengan siapa pacarnya tidur? Padahal dengan jelas ia menyuruh soobin untuk menjaga kekasihnya itu.
lagi ia menemukan sebuah alat tes kehamilan yg hasilnya positif. Ditambah setelah ia memegang dagu ryujin tadi ia melihat luka disudut bibir kekasihnya itu.
Hyunjin berjalan kearah kamar hotel Seungmin mengetuknya beberapa kali.
Pintu dibuka oleh Seungmin yg sudah memakai piyama berwarna kuningnya.
Seungmin terkejut bukan main ketika tubuh hyunjin menubruknya dengan keras hampir saja si manis terhuyung kebelakang.
"A-aku. Biarkan aku seperti ini"
Hyunjin menenggelamkan kepalanya diperpotongan leher si manis. Lama kelamaan ia merasa pundaknya menjadi semakin basah.
Perlahan tangannya terulur untuk menepuk-nepuk pundak hyunjin mencoba untuk memberi ketenangan pada pemuda yg berada dipelukannya itu.
Seungmin menutup pintunya perlahan mencoba membawa tubuh hyunjin yg lumayan berat untuk duduk dipinggiran ranjang.
"Tenangkan dirimu"
Hyunjin mengangkat kepalanya menatap si manis dengan matanya yg sudah dibanjiri air mata.
"Apa dikhianati oleh orang yg kamu cintai begitu sakit?"
Seungmin terdiam, tangannya berhenti untuk mengelus pundak hyunjin.
Seungmin menarik panjang nafasnya sekali lalu tersenyum kearah hyunjin.
"Sakit. Memang sangat sakit rasanya. Tapi aku mengerti, dia berkhianat mungkin karena aku jauh dari kata sempurna untuknya."
Mata Seungmin mulai berkaca-kaca tapi sebisa mungkin ia tahan.
"Tapi aku juga masih bersyukur. Tuhan masih menyanyangi ku dengan mengirimkan Jeongin untuk menemani hari-hari ku"
Hyunjin kembali menenggelamkan wajahnya diperpotongan leher si manis mengirup aroma jeruk yg manis dari tubuh Seungmin.
"Apa selama ini kamu mengetahui perselingkuhan mantan suamimu dan juga sahabatmu?"
Seungmin menganggukkan kepalanya.
"Aku sudah tau"
"Apa yg kamu lakukan?"
"Aku, aku hanya terus berusaha membuatnya kembali untuk mencintaiku. Tapi percuma. Dia lebih mencintai sahabat ku. Malah hubungan mereka sudah berlangsung lama sebelum pernikahan kami"
Seungmin kembali membawa tangannya untuk mengelus Surai yg sekarang berstatus sebagai suaminya itu.
"Aku tidak pernah menyesali semua yg pernah aku alami. Dibalik itu semua aku masih memiliki Jeongin putraku yg berharga serta kak changbin dan juga felix."
Hyunjin kembali mengangkat kepalanya memegang pundak si manis sambil menatap matanya dalam.
"Felix? Lee Felix?"
"Kamu mengenal nya?"
"Dia anak dari kolega ayah, aku dan juga felix berteman akrab. Oh ya ampun aku baru ingat. Ternyata kamu orang yg membuat semua orang menatapmu kagum dipesta pernikahan Felix?"
Tiba-tiba saja wajah Seungmin memerah akibat perkataan yg baru saja dilontarkan oleh hyunjin barusan.
Hyunjin terkekeh pelan sambil mengusap air matanya sedikit melupakan rasa sakit yg baru saja ia alami.
"Aku ingat betul. Waktu itu Felix sampai mengomeli changbin karena terus-terusan memujimu."
"Kak changbin sudah ku anggap seperti kakak kandungku sendiri. Semenjak kedua orang tuaku meninggal dan kak Minho perlahan mulai berubah. Kak changbin dan Felix masih setia berada di sisiku. Mungkin mereka akan menghabisi kak Minho jika mereka tau kalau aku disakiti"
Seungmin terkekeh pelan yg menular ke hyunjin.
"Mereka menyayangimu."
"Aku tau"
"Aku ingin tau banyak tentang dirimu. Bisa aku menginap disini malam ini?"
"Ah i-itu"
"Tenang saja, jika kamu tidak nyaman aku bisa tidur diatas sofa."
"T-tidak. Di sofa bisa membuat leher dan punggungmu sakit."
Hyunjin tersenyum lebar lalu mengambil bantal guling yg ada disana membuatnya menjadi pembatas diantara mereka.
"Kamu bisa tidur dengan nyaman"
Hyunjin merebahkan tubuhnya keatas kasur lalu tangannya menepuk-nepuk tempat yg sudah ia sediakan tadi untuk si manis.
Seungmin merebahkan tubuhnya perlahan lalu mengikuti arah pandangan mata hyunjin yg sedang menatap langit-langit kamar hotel.
"Ayo ceritakan tentangku semuanya"
Tanya hyunjin menatap kearah mata si manis dengan dalam.
Haeeee aku balik lagi dong kangen ga sama aku?😂 Jangan lupa vote dan komennya ya💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Our story
Fiksi PenggemarMereka dipertemukan oleh tuhan berkat kisah menyakitkan dikehidupan mereka masing-masing. BxB