Part 21

873 137 13
                                    

Taehyung lupa bahwa dia memiliki kunci, kepanikan membuatnya tak dapat berpikir dengan jernih hingga memilih jalan buntu mendobrak pintu apartemennya. Kalau dipikir kenapa mereka memiliki apartemen yang memakai kunci dan bukannya seperti apartemen modern yang bisa membuka dengan hanya menggunakan kartu, adalah karena mereka tinggal di apartemen yang paling murah, sangat sulit tinggal di Seoul dengan biaya hidup yang rendah ketika mereka masih menjadi mahasiswa dulu, dan beruntungnya mereka mendapat tempat ini sebagai apartemen dengan bayaran yang tidak membuat mereka menahan lapar selama sepuluh hari menjelang pergantian bulan.

Kembali pada pemuda yang berhasil masuk ke kamarnya dengan sedikit gaduh, pintu kayu itu rusak sebab dihantam tubuh besar berotot milik pemuda Tan, tetapi itu tidak penting lagi karena yang menjadi fokusnya adalah seorang pemuda yang menggelepar di bawah kasur dengan mulut berbusa. Taehyung panik luar biasa.

Dihampirinya tubuh yang tak sadar itu.

"Jungkook, bangun, hey." Tak ada respon. Taehyung mendekatkan jari telunjuk ke hidung Jungkook, ada sedikit hembusan terasa, syukurlah dia belum mati.

Sekarang yang menjadi masalah adalah membawa Jungkook ke rumah sakit. Tidak mungkin dia memanggil ambulance dan menunggu mereka datang, Jungkook bisa mati di perjalanan. Dan menggendong Jungkook untuk turun ke basement juga tidak mungkin, Jungkook tidak sadar, dan akan sulit menggendong pria kelinci yang berat badannya tidak bisa dibilang ringan tanpa bantuan orang lain.

Lalu ponsel Taehyung berbunyi. Pemuda Kim kini tidak fokus untuk melakukan satu hal, dia bingung sendiri, belum lagi benda itu terus-terusan bernyanyi hingga rasanya ingin dia banting saja, tapi urung dilakukan karena itu ponsel baru. Jadilah dia mengangkat telepon itu.

'Taehyung, bagaimana Jungkook?' Dia ingat meninggalkan Haneul dan meminta perempuan itu pulang sendiri karena mendapat telepon tiba-tiba dari Jungkook yang meminta tolong padanya.

"Haneul, mulutnya berbusa." Suara pria itu bergetar ketakutan.

'Jungkook keracunan?'

Tae menggeleng, dia tidak bisa menjawab apa pun, bibirnya kelu, dia melihat Jungkook yang terus mengejang di lantai.

'Baiklah, jangan panik, Taehyung, setelah telepon ini dimatikan tolong beri minum Jungkook dengan susu putih, kau punya?'

Tae meletakkan kepala Jungkook ke lantai, lalu bergegas menuju kulkas dan mencari susu di sana.

"Ada."

'Beri dia minum sampai muntah, aku akan menelponkan ambulance'

Segera setelah sambungan telepon itu putus, Taehyung melakukan seperti yang Haneul perintahkan. Dia mencekoki Jungkook dengan susu putih, beruntungnya masih ada satu liter di kulkas, itu juga Haneul yang membelikannya.

Taehyung terus mencoba membuat Jungkook meminum susu itu, dia sebenarnya khawatir takut perut Jungkook meledak karena meminum terlalu banyak susu. Mulut Jungkook yang terbuka membuat Taehyung mudah memasukkan cairan ke dalam mulutnya, meski dia harus menyanggah tubuh lelaki itu sebab takut tersedak jika posisi kepalanya tidak lebih tinggi dari tubuh.

"Uhuk." Cairan itu keluar lagi dengan cara yang tidak santai, mengotori pakaian Jungkook dan juga bagian wajahnya. Taehyung juga tak luput dari muntahan susu itu, tidak masalah, yang penting Jungkook sudah memuntahkan kembali susu itu, dapat dia lihat cairan berwarna kuning. Jungkook muntah hebat hingga mengotori seluruh ruangan lantai itu, Taehyung sebenarnya tidak tahan dengan muntahan, jadi dia merasa perutnya begitu mual melihat isi perut Jungkook yang berceceran di sana.

Sirine ambulan terdengar setelah lima belas menit teleponnya terputus dengan Haneul, Jungkook kembali tidak sadarkan diri, tetapi Taehyung sedikitnya lega karena Jungkook mengeluarkan racun dalam perutnya. Tanpa sadar air mata lelaki itu turun.

My Ghost Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang