Part 42

841 142 31
                                    

Likenya bu ibuuuu, sayang anak, sayang anak.

***


Dia kembali setelah pergi setahun lamanya. Bohong kalau bilang tidak merindukan Seoul setiap hari dia tak ada di kota ini, hanya saja ada keharusan dia pergi meninggalkan negaranya.

Tidak ada yang menjemput ketika tiba di bandara sebab dia memang merahasiakan kepulangan.

Tujuannya apalagi, mengejutkan yang lain tentunya. Memikirkan ini saja mampu membuat dia tersenyum. Dia tidak sabar untuk menemukan wajah-wajah terkejut dari teman-teman dan saudaranya.

Kaca mata yang sedari tadi ia pegang kini dipasangkan ke tempatnya, dia mantapkan hati untuk bergerak dari sana dan pulang sampai mendengar seseorang meneriakkan namanya dan dia menoleh.

"Sayang, tunggu."

Seulas senyum tercetak kala melihat perempuan itu setengah berlari menghampiri sambil menyeret koper dengan susah payah, tubuhnya lebih mungil dari barang bawaannya.

"Bukankah kubilang agar kau hanya membawa pakaianmu? Tapi kau tidak menurut dan membawa isi apartemen kemari." Yang lebih tinggi mengejek pasangannya.

Setelah terengah-engah untuk bisa berdiri di depan pria itu, ia katakan, "Jangan mengatakan omong-kosong, aku hanya membawa bajuku."

"Dan itu satu lemari penuh?"

Yang lebih kecil mencibir dan memilih untuk jalan saja di depan meninggalkan pemuda itu walau sebenarnya dia tidak tahu kemana harus pergi, dia baru di negara ini, mungkin juga ini pertama kali keluarganya mengizinkan dia pergi ke luar negeri dengan seseorang. Terkadang ia bertanya, apa yang pria itu miliki—di luar kasus dia yang tampan—sampai orang tuanya begitu percaya, meski di satu sisi dia juga bersyukur karena ini berarti ada kesungguhan-padanya.

"Ya, lambat, kau memangnya tidak mau pulang?" Dia menoleh kala tak merasakan keberadaan seseorang di sampingnya.

Pria itu terkekeh sebelum akhirnya memutuskan untuk mengekori si perempuan. Mereka sudah memesan taksi untuk membawa mereka pulang, mungkin sekarang supirnya sudah menunggu.

Saat ada seorang pria yang mendekat ke mereka—perempuan itu sedikit mundur. Pria yang diperkirakan berusia kepala lima itu mencoba berbicara padanya.

"Kemari cepat, aku tidak tahu dia mengatakan apa." Dia menoleh pada lelaki yang sekarang tertawa melihat tingkahnya. Pemuda itu mempercepat langkah dan menghampiri sang kekasih—yang baru berhubungan dengannya selama dua bulan—untuk membantu berbicara pada pria itu.

"Nde, itu aku yang memesannya."

Pria itu tersenyum, lega setelah menemukan orang yang harus dia jemput. "Ah, biar kubantu memasukkannya ke bagasi."

"Terima kasih." Ia ucapkan tulus.

Ia juga tak mau merepotkan pria itu, jadi dia memutuskan untuk membantu membawa barangnya untuk di simpan di bagian belakang mobil.

Mereka kemudian meninggalkan bandara setelah semuanya masuk ke dalam mobil.

Berniat untuk tidak membuat suasana di dalam kendaraan yang tengah melaju itu lengang, si supir inisiatif bertanya yang ternyata ditanggapi dengan terbuka oleh yang lainnya. Mereka melewatkan perjalanan panjang dengan banyak bercerita, rupanya pria tua itu tahu cara membawa pembicaraan, meski perempuan di belakang tidak tahu apa yang dua orang itu katakan tapi sang pacar sesekali mengartikan padanya sehingga dia turut tertawa.

***


"Sudah kukatakan kalau ini akan menjadi perjalanan yang melelahkan." Jungkook hanya memiringkan tubuhnya memandang perempuan yang kepayahan menaiki anak tangga, beberapa butir keringat juga sudah meluncur dari keningnya. Cuaca hari ini sangat panas, matahari juga bersinar terik, selain lelah mereka juga haus.

My Ghost Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang