Part 40

819 155 20
                                    

Please jangan lupa like!


"Paspor?"

"Sudah ada."

"Earpod?"

"Sudah kupakai."

"Jaketmu?"

"Aku taruh di tas."

"Fotoku?"

"Aku sudah membawa ban-" Ia menghentikan kegiatan memeriksa barang, mengalihkan pandangan dan menemukan sang kekasih yang menatapnya dengan sendu.

Jimin diam sejenak, hatinya terasa tercubit setelah melihat wajah murung sang kekasih. Ia bergerak mendekat dan mengangkat dagu Jieun yang tertunduk. "Hei, ada apa dengan wajah muram itu?"

Jieun mengerucutkan bibir lalu sedetik kemudian menabrak tubuh kekasihnya. "Kau yakin ingin meninggalkanku. Aku baru sadar dari koma dan kau tega sekali pergi ke Jepang."

Jimin tersenyum getir, tangan terangkat membalas pelukan Jieun, menempatkan lengan di kepala perempuan itu lalu mencium rambutnya. "Aku hanya pergi selama tiga bulan."

Yang lain menyembunyikan wajah di dada yang lebih tinggi. "Tetap saja, rasanya kosong kalau tidak ada kau."

"Maaf." Ia berbisik lembut. "Aku akan terus mengabarimu oke?"

Ada gerak mengangguk yang dia rasakan. "Kau harus melakukannya."

Jimin hampir terkekeh, geli karena Jieun mengangguk di dadanya. "Iya."

Mereka masih saling memeluk dengan mata terpejam. Menemukan kenyamanan dalam diri pasangan. Seperti tidak rela melepas kepergian yang lain.

Jimin akan pergi selama ke Jepang karena tugas, meninggalkan Jieun. Pemuda itu bilang ada proyek di sana dan kantor mengharuskan Jimin mengawasinya secara langsung.

Hal itu membuat Jieun terkejut, sempat menolak dan uring-uringan pada Jimin, tapi melihat bagaimana pria itu membujuknya terus menerus—Jieun jadi luluh juga. Meski setelahnya, Jieun meminta waktu Jimin sepulang kerja untuk menemaninya, entah itu mengobrol, berkencan bahkan jalan-jalan. Jieun meminta waktu Jimin yang tersisa untuk dihabiskan sebelum pria itu pergi nantinya.

"Aku akan merindukanmu." Yang perempuan berbicara dengan suara manja.

Jimin mengangguk dan tersenyum. "Aku juga akan merindukanmu."

Pasangan yang tengah berpelukan itu tidak tahu saja ada mata yang begitu jengah memandang adegan yang tersuguh di hadapan.

Agak miris melihat pemandangan tersebut. Harusnya setelah tujuh tahun ia sudah tidak apa-apa, perasaan yang terpendam untuk sahabatnya hilang, tapi tidak. Sungwoon masih merasakan sakit. Gadis itu masih menempati dasar hatinya, tak pernah ada yang sampai di kedalaman itu. Sudah beberapa kali ia mencoba membuka hati, membiarkan orang lain mengisi kekosongan harinya, membiarkan diri jatuh pada pesona orang lain. Tapi semuanya kembali, posisi Jieun tak terganti.

Sungwoon pernah begitu membenci diri sendiri. Sebab ia lancang mencintai kekasih sahabatnya, sebab ia memilih memendam rasa alih-alih mengutarakan dulu. Mungkin ini karma yang harus dia terima. Ia pikir, ia sudah merelakan Jieun, nyatanya ia hanya menipu perasaan sendiri. Jieun tak akan terganti, sebab ia sudah sangat jatuh, mungkin jika ia akan jatuh cinta lagi, itu tidak akan sedalam perasaannya untuk Jieun.

Ia diam, membiarkan semua terjadi tepat di depan mata, itu membuat dadanya sesak, tapi ia tetap di sana, tak dapat melakukan apa pun selain berharap sepasang kekasih itu peka akan keberadaannya.

Namun nampaknya, pasangan itu tidak tahu diri dan semakin melekat satu sama lain. Ia sudah tidak tahan, jadi ...

"Apa kalian akan terus begitu?"

My Ghost Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang