Semuanya berjalan di luar perkiraan. Ayahnya tiba-tiba menghilang, begitu pun Namjoon yang menjadi susah dihubungi. Jungkook hanya tidak habis pikir kenapa orang-orang senang menghilangkan diri sendiri. Dia sempat berpikir mungkin saja Namjoon melarikan diri darinya dan jika itu benar, maka ia tidak memiliki hak untuk marah. Sebab sejak awal, Namjoon tidak memiliki keharusan untuk membantunya. Hanya saja tetap terasa kecewa, sebab keberadaan Namjoon setidaknya memberi afeksi tersendiri. Jungkook hanya merasa memiliki seseorang yang akan mempercayai ceritanya.
Jadi begitu pria Kim itu kabur darinya, Jungkook kembali merasa tidak percaya diri. Jungkook mana mengerti yang begini. Dia tidak pernah berhubungan dengan hal yang berbau supranatural. Mengembalikan ruh yang tersesat jelas tidak pernah masuk ke dalam daftar yang ingin dia capai dalam hidup, walau sebenarnya Jungkook juga tidak pernah mengarang goals hidupnya.
Namun, ditinggalkan juga berarti mau tidak mau dia harus menyelesaikan semuanya sendiri.
Dia hanya memiliki Eunji bersamanya dan itu cukup. Sebab sejak awal, akar dari permasalahan di hidupnya adalah Eunji, jadi satu-satunya yang tetap harus tinggal adalah perempuan itu sendiri. Tetapi rasanya semakin lama Jungkook bersama sosok ruh itu, dia merasakan lebih banyak perasaan aneh dalam diri. Maksudnya, Jungkook pikir dia... jatuh cinta?
Entahlah, cinta itu kata yang tidak memiliki definisi. Terasa indah bila yang mengungkapkan baru saja jatuh cinta, dan sebaliknya, terasa buruk ketika yang mengatakan sedang patah hati. Tidak ada yang tahu gambaran pasti cinta.
Katanya, cinta berasal dari mata turun ke hati. Jungkook tak menyangkal teori yang satu ini, jika nyatanya dia memang merasa tertarik sejak awal mata melihat sosok itu, meski akhirnya dia tahu sosok itu bukan mahluk nyata.
Cinta datang karena terbiasa, teori ini juga berlaku untuknya, sebab semakin lama dirinya tinggal bersama Eunji, Jungkook merasa bahwa Eunji memang berasal dari sisinya atau entahlah. Dia sendiri merasa bingung.
Ini aneh, menyadari dirimu jatuh cinta pada suatu hal yang tidak bisa akal sehatmu terima. Tapi menurut Jungkook begitulah cara kerja cinta, bahkan ketika otak kita tak mempercayai tetapi hati lebih dulu mengetahui.
Agak tidak rela ketika mengetahui bahwa Eunji menginginkan dirinya kembali. Ia hanya takut pada fakta di mana dia tidak lagi dapat bertemu hantu pencuri ciuman pertamanya. Siapa yang tahu bagaimana sosok asli hantu itu atau di mana dia berasal atau bahkan apa dia sudah menikah, Jungkook tidak bisa menjamin bahwa ia akan bertemu lagi jika sosok itu kembali hidup-sepertinya.
Tapi dia tak mau egois, sisi lain dalam diri juga mempertanyakan ke mana jalan takdir dirinya dan Eunji. Jika bersama, bahkan jika Eunji berasal dari salah satu negara yang jauh dari Korea pasti bertemu, tapi jika bukan, bahkan sama-sama tinggal di Seoul tak akan membuat mereka berjumpa.
Semuanya tetap akan terjadi. Siap tidak siap, ingin tidak ingin. Maka dari itu, jika ini kesempatan yang dia punya, bahkan jika tidak dipertemukan dengan Eunji lagi, Jungkook cukup bersyukur bahwa dirinya mendapat begitu banyak pengalaman yang tidak mungkin akan dia dapati jika sosok itu bukanlah Eunji.
Untuk itu, dia di sini. Menatap pintu bangunan kecil yang terpampang di depan matanya. Ini salah satu tempat yang menurut karyawan kantor sering di kunjungi ayahnya. Polisi sempat melapor bahwa mereka tak menemukan sang ayah di tempat ini, tetapi entah bagaimana, Jungkook ingin memastikan sendiri. Selain karena instingnya yang memerintah.
Belum sempat tangan menyentuh gagang pintu-Jungkook ditarik oleh sesuatu yang bertenaga kuat. Mulutnya dengan kencang dibekap. Dia tidak tahu siapa orang yang melakukan ini padanya sampai sebuah bisikan tepat di telinga membuatnya tenang.
"Ini aku, Namjoon."
"Hwuung." Jungkook berbisik.
Pria itu menyeret Jungkook entah ke mana karena Jungkook hanya mampu berjalan mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ghost Girlfriend [END]
Non-FictionJeon Jungkook jatuh cinta pada arwah yang tersesat dan tanpa sengaja ikut dengannya. Jungkook x IU