24. Kafe Nuha

672 55 8
                                    

NOW PLAYING
•••
BUKTI-VIRGOUN
Cover by DEVANO DANENDRA

Yang kuinginkan cuma satu, kamu mau menyimpan perasaanku ini di ruang hatimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang kuinginkan cuma satu, kamu mau menyimpan perasaanku ini di ruang hatimu...

|||
Happy Reading

Kemudian dari arah belakang datang seorang laki-laki bertubuh tegap. Laki-laki itu berdehem diantara ketegangan Harsya dan Arina.

"Ada apa ini? Kok serius sekali?" Surya meletakkan teh hangat di atas nakas, kemudian duduk di sebelah Arina.

"Pah." Sahut Harsya kepada Surya, seakan meminta bantuan atas pertanyaan Arina, ibunya yang Harsya pun tidak paham.

"Ma, diminum dulu teh hangatnya biar enakan." Surya menyodorkan teh hangat yang telah dibuatnya, namun Arina diam dengan tatapan kosong.

Surya mengetahui, semuanya cepat atau lambat Arina pasti akan mengetahui siapa sosok Nuha Mahesa Akhmad yang sebenarnya.

Surya mengedipkan mata dengan wajah tenangnya. Memberitahu Harsya bahwa seakan semua akan baik-baik saja.

Arina mencekram sebuah bantal yang berada dipangkuannya. Mendengar nama itu, hatinya seketika pilu. Di dalam otaknya begitu banyak pertanyaan yang bermunculan di sana.

"Kata Naomi, Mama manggil Harsya? Ada yang mau dibicarakan katanya?" Harsya bertanya kepada ibunya dengan penuh kehati-hatian.

Arina masih diam.

"Ya udah, kalau nggak ada yang mau Mama omongin, Harsya pamit pergi dulu." Harsya membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi.

"Tunggu!" panggil Arina kepada anak laki-lakinya untuk segera menghentikkan langkah kakinya.

Harsya mengerutkan dahinya, heran. Dirinya kini penasaran dengan sikap kedua orang tuanya. Ada apa di balik sebuah nama Nuha Mahesa Akhmad hingga menimbulkan kerumitan seperti ini, dan membuat aneh sikap Arina dan Surya.

"Iya ma," lirih Harsya

"Hati-hati, dan Mama minta tolong kamu ngubungi Akhmad. Bilangin Mama ngundang dia buat makan malam di rumah kita."

"Tapi Ma, Mama kan belum sehat."

Harsya masih mengkhawatirkan keadaan Arina yang masih butuh banyak istirahat.

"Iya, bukan besok atau lusa ngundangnya Har, Mama masih belum pulih sepenuhnya." terang Arina, dan Harsya pun mengangguk tanda mengerti.

"Ya, udah Harsya pergi."

Harsya menutup pintu kamar yang di dalamnya terdengar samar-samar percakapan antara Arina dan Surya.

Harsya ingin sekali mendengarkan percakapan orang tuanya. Penasaran, begitulah yang dia rasakan sekarang. Tapi, untuk menguping pembicaraan orang tua dirasa Harsya, itu merupakan hal yang tidak sopan. Apalagi posisi Harsya saat ini harus secepatnya pergi ke kafe milik Nuha.

DECEMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang