27. Pernyataan

643 62 21
                                    

Now Playing
•••
Risalah hati (Dewa19)
Cover by Hanin Dhiya

Tepat di ulu hatiku, ukiran cinta itu lama kelamaan menjadi nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat di ulu hatiku, ukiran cinta itu lama kelamaan menjadi nyata....

Happy Reading
|||

Setelah kejadian di kafe Nuha, keesokan harinya Nada tidak bisa menghubungi Erizka sama sekali. Padahal sebelumnya Erizka sudah berjanji akan menemani Nada pergi ke mall untuk mencari kado. Kali ini bukan untuk pacarnya Vanno, tapi untuk Harsya. Seminggu lagi Harsya ulang tahun, tepatnya di tanggal enam Desember.

Pagi, siang bahkan sampai malam, tidak ada respons sama sekali dari Erizka. Chat yang di kirim Nada ke Erizka sudah banyak, bahkan mungkin ratusan kali, tapi hanya di read saja oleh Erizka.

Nada khawatir, pasalnya tidak seperti biasanya Erizka bersikap seperti ini. Kalaupun mereka berdua sedang berantem, biasanya Erizka akan membalas chat Nada meski dengan kekesalannya.

Nada mencari nomor telepon yang ada di kontaknya. Dia menelepon Firman, namun sama saja, tidak ada jawaban atau balasan yang berarti.

Nada turun ke lantai bawah, rencananya dia ingin ke rumah Harsya, sekalian menanyakan bagaimana keadaan Arina. Semenjak kepulangan Arina dari rumah sakit, Nada belum menjenguknya lagi.

Hari minggu Nada kacau, tidak berjalan sesuai rencananya. Apalagi kalau bukan Erizka yang sengaja melupakan janjinya.


***

"Mau kemana Nad?" suara Zully mengagetkan Nada yang sedang berjalan sambil memandangi layar ponselnya, masih berharap Erizka atau Firman menghubunginya.

"Kaget," Nada memegang dadanya terkejut, "Mau ke rumah Harsya sebentar Mah." terang Nada.

"Kebetulan," kata Zully sambil menyodorkan papperbag kepada Nada, "Mama nitip, kasihin ke tante Arina."

"Apaan ini Ma?" Nada menerima papperbag itu sembari meneliti.

"Pudding roti Nad, sengaja Mama beli tadi sore buat Tante Arina."

"Kenapa nggak Mama aja yang nganter?"

Zully menghembuskan nafas kasarnya, "Kan kebetulan kamu mau kesana, jadi pas banget."

"Mama itu paling pinter deh nyari alasan," celetuk Nada.

"Bukan kayak gitu donk Nada cantik, Mama lagi banyak tugas," Zully menunjuk ke arah tumpukan piring kotor, "Kalau kamu mau gantiin Mama, pasti Mama dengan senang hati akan menerimanya."

Nada menyengir lalu memperlihatkan gigi putihnya. Kalah telak Nada kalau harus adu omongan dengan Mamanya.

"Oh, gitu. Nada bercanda tadi Ma" Kemudian Nada berjalan keluar rumah. Tidak mau mengambil resiko, dari pada Mamanya berubah pikiran dan menyuruhnya mencuci banyaknya tumpukan piring di dapur, Nadapun memilih segera pergi.

DECEMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang