16. Nuha & Luka

809 58 15
                                    

Playlist: Don't Watch
Me Cry
By; Jorja Smith

Jangan lupa baca sambil
Puter lagu di atas ya!!!

|||

Ketika melihat kebelakang yang ada cuma kesedihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika melihat kebelakang yang ada cuma kesedihan. Melihat kesekeliling yang nampak hanya kegelisahan. Tapi cobalah melihat ke atas, di sana masih banyak keyakinan.

Decemberly

Happy Reading

***

Nuha memejamkan matanya rapat-rapat. Berharap ini sebuah mimpi yang dimana ketika matanya mulai terbuka, semuanya akan baik-baik saja.

Kalaupun bisa, dia ingin hilang ingatan saja. Belasan tahun dia berusaha melupakan sosok Arina, berpura diri tidak membutuhkan peran seorang ibu. Tapi kenyataan sia-sia saja usaha dirinya, Tuhan mendatangkan Arina lewat skenario tak terduga.

Setelah Nuha di ambil darahnya sekitar dua kantong, Dokter menyarankan Nuha untuk beristirahat sebentar sekitar satu jam. Pendonor darah biasanya akan merasa efek samping seperti pusing dan badan menjadi lemas.

Arina membuka matanya, kemudian mengedarkan pandangannya ke semua penjuru ruangan. Arina menoleh ke arah sebelah kirinya. Dia mendapati seseorang yang sedang berbaring di ranjang tersebut. Matanya menyipit karena mengira itu adalah Harsya. Memang sekilas anak laki-laki itu sangat mirip dengan Harsya. Tetapi setelah Arina menatapnya agak lama ternyata itu bukan Harsya.

Suster yang melihat Arina sudah siuman langsung memanggil dokter.
Harsya dan semuanya yang berada di luar ruangan langsung berdiri ketika melihat dokter datang.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Surya khawatir.

Dokter menjawab kalau Arina akan baik-baik saja.
"Ibu Arina sudah sadarkan diri pak, kemungkinan akan segera pulih, saya akan memeriksanya," jelas Dokter

"Alhamdulillah, terima kasih Dok."

Harsya, Nada dan Naomi yang mendengar penjelasan Dokter sangat bersyukur dan sangat lega karena Arina baik-baik saja.

Dokter memasuki ruangan, kemudian memeriksa Arina dengan menempelkan Stetoskop di di dadanya. Mengecek detak jantungnya, tekanan darahnya dan menyuruh suster menyuntikkan cairan kedalam botol infus Arina.

Nuha membuka matanya. Di pegang kepalanya yang terasa sangat berat. Sebuah tirai yang menjulang menghalangi arah pandangnya, sehingga dia tidak bisa mengetahui apa yang terjadi dengan seseorang yang berada di ranjang sebelahnya.

Nuha mendengar percakapan antara dokter dan suster bahwa keadaan Arina baik-baik saja.

Nuha diam sejenak. Bingung antara senang atau tidak ketika mengetahui orang yang telah melahirkannya telah bangun dari masa kritisnya. Hingga akhirnya Nuha memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Dia tidak mau Arina nanti mengetahui keberadaannya. Entah Arina akan mengenali atau tidak anak kandungnya, tapi yang jelas Nuha ingin menghindari Arina.

DECEMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang