Lias dan Gita tak henti-hentinya terkejut dengan cerita Zayyan dan Agam. Kata tiap kata yang keluar dari mulut kedua pria itu membuat mereka iba dan tak tega dengan keadaannya pada kala itu. Menjadi korban kekerasan fisik orang tuanya sendiri pasti akan meninggalkan trauma mendalam yang Lias dan Gita tak pernah pikirkan sebelumnya. Masa kecil Lias dan Gita jauh berbeda dengan apa yang dialami Zayyan dan Agam.
Eksperimen manusia? Bahkan mereka tak pernah memikirkan adanya eksperimen gila seperti itu. Yang mereka tak habis pikir ialah mengapa orang tua Zayyan dan Agam rela menjual dan menjadikan mereka sebagai subjek untuk penelitian itu. Sejahat-jahatnya orang tua, mengapa hingga menjual anaknya sendiri? Apa mereka tak memiliki rasa kasih sayang dan kasihan terhadap anak mereka sendiri? Sungguh, Lias dan Gita dibuat tak habis pikir dengan fakta itu.
Lias masih terdiam mendengar kisah Zayyan. Meskipun sangat terkejut, namun ia berusaha untuk tak terlalu heboh agar pria itu dapat menceritakan semuanya tanpa dipotong.
Lias mendengarkan dengan seksama, sesekali memejamkan mata, membayangkan bagaimana rasanya jika berada di posisi dua pria itu. Diabaikan oleh orang tua, diperlakukan kasar dengan kekerasan fisik, bahkan dijual untuk sebuah eksperimen demi uang semata. Mendengar kisah Zayyan dan Agam membuat hati Lias juga Gita tersentuh, mereka merasa miris.
Jika mereka berada di posisi dua pria itu, bisa dipastikan jika mereka tak akan sanggup menjalani hari-hari ke depannya. Terlebih Lias membayangkan jika dokter yang melakukan eksperimen itu salah satunya adalah Ayahnya sendiri. Sanggupkah ia menerima kenyataan? Tentu saja tidak. Tidak akan pernah.
Bagaimana jika ternyata benar bahwa Ayahnya terlibat dalam semua kasus ini? Ayahnya yang selalu mengajarkannya kebaikan mengenai kemanusiaan, namun Ayahnya tak mengerti arti kemanusiaan itu sendiri.
"Lalu apa yang kalian-"
"Bagaimana cara kalian lolos dari eksperimen itu?" potong Lias dengan cepat. Ia bahkan tak memberi kesempatan pada Gita untuk melanjutkan kalimatnya.
Gita langsung terdiam, mendengar pertanyaan Lias cukup mewakilinya. Tadinya ia ingin bertanya, "lalu apa yang kalian lakukan agar bisa lolos?"
Zayyan menatap Lias lekat. Wajah memucat, raut memerah dengan suara parau dapat Lias lihat dengan jelas dari wajah pria di sampingnya.
"Haruskah kulanjutkan cerita ini? Mengulang kembali memori masa kelam itu sungguh membuatku muak. Bahkan waktu itu masih terasa seperti hari kemarin." ujar Zayyan.
Lias menganggukkan kepalanya tanpa ragu.
"Harus, agar aku mengetahui akhir dari cerita ini. Karena jika memang benar, maka aku telah tertipu dengan sikap baik dari Ayahku sendiri. Aku tak ingin salah mengambil langkah." jawabnya dengan yakin meskipun dalam hatinya ia menjerit agar Zayyan tak mengatakan apapun yang berkaitan dengan Ayahnya.
Agam melirik Gita yang kini juga melihatnya, raut wanita itu berubah menjadi sendu. Gita menggigiti bibir bawahnya, rasa takut terlukis di wajahnya. Ia takut jika memang semua cerita Zayyan dan Agam benar adanya, maka kebaikan Ayah Lias selama ini dapat diragukan.
Zayyan menoleh ke arah Agam di depannya, ia mengangkat dagunya pelan, seolah memberi isyarat untuk bertanya mengenai kelanjutan cerita ini. Agam diam sejenak dan kemudian menganggukkan kepala sebagai pertanda iya untuk melanjutkan cerita mereka---ralat, kisah menyedihkan mereka sembilan belas tahun yang lalu lebih tepatnya.
Flashback on
Ketika Nero mengambil beberapa jarum suntik di ruangan yang berbeda, Yukhan sedikit menggeser tubuhnya ke kanan agar bisa berkomunikasi dengan Agam. Tangan mereka diikat, tidak terlalu kuat namun cukup menyesakkan di tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK CODE
Mistério / SuspenseKasus pembunuhan satu keluarga menuntun tiga orang detektif yang bekerja sama dengan dua dokter forensik untuk menyelidiki suatu kasus besar yang melibatkan perdagangan manusia hingga serangkaian kasus lainnya. Di samping itu, sebuah project besar b...