PART 9

2.4K 272 5
                                    

BRAKK !!

"Haish! Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?! Aku sedang membicarakan hal serius dengan-"

"Prof, ini mendesak!" potongnya dengan cepat. Rautnya begitu panik dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.

Profesor Arwan mengernyitkan dahi, ia merasa ada sesuatu besar yang telah terjadi. Setelah kematian tiga subjek, kini hal mendesak lainnya mulai bermunculan. "Mendesak? Apa maksudmu?!

Asisten wanita berpakaian serba putih itu terdiam sebentar, ia menggigiti bibir bawahnya sendiri sambil berpikir. Keraguan untuk berbicara terlihat di wajahnya. Lidahnya seakan kelu untuk menyampaikan hal yang akan membuat dua pria paruh baya di depannya itu akan sangat terkejut. Namun apapun yang terjadi, ia harus tetap menyampaikannya.

"Itu...subjek.."

"Subjek apa?! Bicaralah yang jelas!!" bentak Profesor Arwan dengan tidak sabar. Ia paling tidak suka dengan orang yang bertele-tele dan hanya membuang waktu.

"Subjek A-1 yang berumur 19 tahun hilang." ucapnya dengan nada suara yang kian mengecil. Seketika pandangannya menunduk, ia siap mendengar bentakan kemarahan dari Profesor di depannya itu.

Pria berjas putih dan pria di sampingnya seketika membelalakan mata. Terkejut bukan main dapat terlihat dari raut mereka.

"APA?! HILANG?! BAGAIMANA BISA?!" tanya Profesor Arwan dengan meninggikan suaranya. Sontak ia berdiri dengan mata melotot ke perawat wanita itu. Kemarahannya mampu membuat nyali perawat itu menciut. Itu memang karena kesalahannya yang tak bisa menjaga para subjek di laboratorium. Tetap saja, kejadian tak terduga seperti ini membuatnya menahan tangis.

Perawat yang juga bekerja sebagai asisten Profesor Arwan dalam menangani para subjek untuk eksperimen itu menganggukan kepalanya dengan cepat. Ketakutan tampak dari rautnya.

Bagaimana tidak? Subjek yang akan digunakan untuk project black code telah menghilang begitu saja. Entah anak itu kabur atau seseorang telah membawanya pergi. Namun seingatnya, sebelum perawat itu meninggalkan para subjek, ia telah menyuntikkan obat bius yang akan bertahan lama. Jadi mana mungkin subjek itu bisa berjalan sendiri dan keluar begitu saja. Pasti orang lain membawanya pergi, namun siapa?

Abraham memijit pelipisnya, ia mulai merasakan pening yang secara tiba-tiba menyerang kepalanya. Baru kemarin ia diberitahu mengenai meninggalnya tiga subjek dan kini harus menerima berita hilang dari subjek yang lainnya. Jika kematian adalah resiko dan efek dari cairan 0R1 pada eksperimen itu, Abraham masih bisa memakluminya, tapi jika sampai hilang? Tentu saja itu di luar kendalinya.

Melihat Profesor Arwan dan Abraham yang masih terdiam, perawat itu kian merasa bersalah.

"Sa-saya keluar dari laboratorium untuk membantu Tuan Ricky membawa tiga subjek yang telah meninggal menuju mobilnya untuk segera diurus, ta-tapi ketika saya kembali ke ruangan...subjek A-1 tidak ada di tempatnya." jelasnya dengan terbata.

Seorang perawat pria masuk secara tiba-tiba dengan berlari. Ia berdiri tepat di samping perawat wanita. "Prof, ini gawat!!" serunya dengan menurunkan masker hijau yang dikenakannya.

Profesor Arwan menoleh cepat dengan raut sama seperti tadi. Meskipun sedang marah namun ia berusaha untuk tenang dan menghela napas.

"Gawat apalagi?!" tanyanya dengan mendudukkan diri kembali di sofa samping Abraham yang masih terdiam memegangi kepalanya.

Perawat pria itu melirik rekan di sampingnya, ia juga merasa ragu untuk mengatakan hal yang akan mengejutkan dua orang di depannya itu. Namun mau tidak mau ia harus tetap mengatakannya.

"Subjek B-1 juga tidak ada di tempatnya." ucapnya dengan melihat sekilas Profesor Arwan, kemudian menundukan kepalanya. Ia sama takutnya dengan rekan di sampingnya.

BLACK CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang