PART 29

1.7K 206 3
                                    

Neandro dan donepezil

Tiga kata itu tertulis di kertas yang diberikan Lias. Kalimat terakhir yang ditulis Juna untuk petunjuk bagi mereka yang akan menemukan dirinya yang telah tewas.

"Ke-kenapa Juna menuliskan kata ini? Apa yang dia ketahui sebelum kematiannya?" ucap Zayyan terbata, ia sempat tak mempercayai dengan apa yang dibacanya. Tulisan Juna mengarah padanya secara tidak langsung.

Rama menyipitkan matanya dan memajukan tubuhnya ke arah kertas yang dipegang Zayyan.

"Apa ini? Kenapa Juna menulis ini?" tanya Rama bingung.

Gita ikut mendekat ke arah Zayyan dan melihat tulisan kertas itu, ia belum sempat melihat kertas tersebut karena berada pada Lias. Gita mengernyitkan dahi saat membaca tulisan di kertas yang penuh akan bercak darah mengering. Ia merasa tak asing dengan salah satu kata itu.

"Neandro? Bukankah itu margamu?"

Zayyan masih terdiam dan tak merespon pertanyaan Gita, rautnya begitu serius menyelidik maksud dari pesan terakhir Juna. Neandro? Apa maksud dari Juna menuliskan marganya pada saat-saat terakhirnya? Apakah pesan ini khusus di tujukan hanya untuk Zayyan? Tapi mengapa?

"Donepezil adalah obat yang digunakan untuk mengatasi demensia ringan hingga parah yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Tapi untuk..." ucapan Lias menggantung setelah menjelaskan mengenai obat donepezil.

"Nama belakang atau lebih tepatnya margamu yang tertulis di kertas itu, kurasa hanya kau sendiri yang lebih mengetahuinya. Ini akan menjadi misteri yang harus kau dan detektif lainnya pecahkan Zay." lanjut Lias. Rautnya begitu serius ketika mengatakan bahwa tulisan marga Zayyan merupakan misteri yang harus dipecahkan.

Tanpa disadari bulir-bulir air mata menggenang di kelopak mata Zayyan. Ia mengehela napas dengan senyum yang di paksakan. Kemudian ia berjalan mendekat ke arah Lias.

"Aku ingin melihat Juna untuk yang terakhir kalinya." pintanya dengan air mata yang mulai menetes. Ia tak sanggup menahan air matanya ketika mengingat Juna bahkan hanya dari tulisan tangannya. Mereka begitu dekat sebagai rekan sekaligus teman. Untuk merelakannya pun Zayyan belum sepenuhnya bisa.

Kesedihannya tak bisa dibendung lagi. Bahkan mendengar Lias dan Gita memberi tahu mengenai proses autopsi dan luka-luka pada tubuh Juna, membuat hati Zayyan begitu sakit, seperti ada pisau yang menggoresnya, ia tersayat. Baginya, Juna bukan sekedar rekan kerja, ia lebih dari sekedar itu, layaknya saudara bagi Zayyan juga Agam.

Tanpa berpikir panjang, Lias menggandeng tangan Zayyan dan menuju ke ruang autopsi. Sedangkan Gita dan Rama masih di ruangan Lias. Mereka membicarakan mengenai luka-luka Juna dan memberi waktu antara Lias dan Zayyan.

Lias menempelkan ID cardnya dan membiarkan Zayyan masuk terlebih dahulu, ia mengekor di belakangnya.

Zayyan tersenyum dengan air mata yang mengalir bebas di pipinya. Tak peduli berapa kali ia menghapusnya, tetap saja air matanya menetes. Dengan ini artinya Zayyan benar-benar merasakan duka yang mendalam.

"Jun, kenapa kau pergi begitu saja? Apa yang telah diperbuat psikopat gila itu padamu?!" tanyanya lirih, ia tahu bahwa Juna tak akan pernah menyaut ucapannya, pria yang kini terbujur kaku itu tak akan pernah membalas perkataannya. Ini adalah momen paling menyakitkan dalam hidup Zayyan, terlepas dari masalah keluarga dan masa lalunya. Juna adalah salah satu orang berharga di hidupnya.

"Saat kau bertanya padaku apakah aku senang memiliki rekan sepertimu, aku selalu menjawabmu dengan candaan atau mengalihkannya. Dan kini aku menyesalinya. Ucapanmu waktu itu memang benar." ujarnya.

BLACK CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang