Kasus pembunuhan satu keluarga menuntun tiga orang detektif yang bekerja sama dengan dua dokter forensik untuk menyelidiki suatu kasus besar yang melibatkan perdagangan manusia hingga serangkaian kasus lainnya.
Di samping itu, sebuah project besar b...
Seorang wanita berjas putih dengan tatapan seriusnya mengarah pada sebuah tubuh tak bernyawa di depannya.
Clek..
"Lias? Kenapa menatapnya seperti itu? Ini bukan kali pertama bagimu menatap mayat." tanya rekannya yang baru saja masuk ke dalam ruang autopsi.
Lias menghela napas kemudian menaikkan kain putih untuk menutupi wajah mayat tersebut.
"Bukan begitu, aku hanya merasa iba pada mayat yang aku autopsi hari ini." ucapnya sedikit sendu.
"Kenapa? Karena kau lelah mengautopsi tiga mayat sekaligus? Atau kau iba karena mereka adalah anggota keluarga?"
"Gadis yang merupakan anak dari anggota keluarga ini melakukan perlawanan sebelum ia dibunuh." jawabnya.
Gita memasukkan laporan autopsi yang selesai ia buat ke dalam map berwarna coklat, ia menoleh ke Lias yang masih berdiri di samping mayat.
"Perlawanan bagaimana?"
"Di bawah kukunya aku menemukan DNA seseorang, dan itu cocok dengan DNA tersangka. Hingga akhir dia ingin mempertahankan hidupnya. Gadis yang malang, usianya baru 14 tahun."
Gita diam sejenak, ia baru teringat mengenai DNA tersangka yang ditemukan di bawah kuku korban.
"Detektif dari Unit Penyelidikan Khusus akan segera ke sini untuk menanyakan laporan autopsinya."
Lias menganggukkan kepalanya. Ia berjalan keluar bersama Gita sang asisten yang membantunya melakukan autopsi mayat hari ini.
*****
Zayyan dan Juna telah sampai di depan gedung forensik. Mereka berjalan menuju ruangan dokter yang melakukan autopsi.
"Jun, apa kau sudah memeriksa latar belakang keluarga Wijaya?"
Juna menganggukkan kepalanya. "Tidak ada yang mencurigakan dari keluarga itu. Namun dilihat dari kartu keluarganya, sepertinya Pak Wijaya memiliki satu orang anak laki-laki."
Zayyan menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Juna di sampingnya. "Anak laki-laki? Tapi di TKP hanya ada tiga orang."
"Menurut informasi yang kudapatkan, anak lelakinya bernama Flado Wijaya, ia sedang berkuliah di luar negeri. Aku sudah menyuruh Agam untuk menghubunginya."
*****
Abraham memasuki ruang laboratorium milik Profesor Arwan. Laboratorium yang dipenuhi alat-alat canggih untuk bereksperimen atau meneliti sesuatu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.