PART 36

1.8K 210 2
                                    

Zayyan memacu mobil nya dengan kecepatan penuh. Ia tak ingin kejadian yang menimpa Juna terulang kembali pada Lias, wanita yang disayanginya.

Jam menunjukkan pukul 20:30. Zayyan bisa merasakan jika Oscar tak lagi mementingkan waktu untuk sebuah pertemuan. Pukul 21:00 yang seharusnya menjadi pertemuan antara Oscar dengan Ricky, kini menjadi berubah. Bagaimanapun juga, Oscar adalah adiknya, setidaknya ia masih bisa menduga apa yang akan dilakukan adiknya, kecuali dalam hal pembunuhan. Hal gila itu tak pernah diduga olehnya.

Zayyan sampai di depan rumah tempat Oscar berada. Ia tersenyum miring melihat rumah kosong itu.

"Anak bodoh itu! Ia pikir dengan membawa Lias kesini akan membuatku mengenang masa lalu? Tidak akan."

Rumah kosong itu adalah rumah yang dulunya di tinggali oleh Zayyan dan Oscar. Rumah yang menjadi saksi bisu kejadian pernah disiksanya kedua kakak beradik itu. Sejak saat Zayyan tahu jika Oscar mengganti posisi pertemuannya menjadi di jalan merah raya, ia sudah bisa menduganya jika rumah ini akan menjadi tempatnya.

Ketika Zayyan melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah itu, samar-samar Zayyan bisa mendengar percakapan Oscar dan Lias. Ia berhati-hati agar mereka yang ada di dalam rumah itu mengetahui kedatangan Zayyan. Bahkan ia menahan diri agar tidak bersuara ketika hampir menginjak potongan tangan yang tergeletak di tangan.

Lias mendekat dan menarik kasar kerah baju Oscar. Ia bisa menatap sorot mata seorang iblis yang bersarang di tubuh Oscar. Tak ada rasa bersalah sekalipun, justru ia malah bangga. Baginya, membunuh adalah suatu pencapaian yang bisa ia banggakan dan akan terus berkelanjutan.

"Dasar iblis! Kenapa Zayyan bisa memiliki adik seorang psikopat sepertimu?! Sampah sepertimu tak layak disandingkan dengan Zayyan sebagai saudara!" ucapan Lias dengan suara meninggi membuat Oscar menatapnya serius. Ia menekankan tiap kata yang diucapkannya.

"Haish! Wanita gila ini..!" seru Oscar dengan menepis tangan Lias kasar.

PLAKK!!
Oscar menampar pipi Lias dengan sangat keras. Ia tak memandang siapa korbannya, wanita atau pria ia perlakukan dengan cara yang sama. Sangat kasar. Rasa pedih dan panas dapat Lias rasakan, kini pipinya memerah.

"Melihat keberanianmu begini, aku yakin kau pasti telah menghubungi pahlawanmu bukan? Yukhan, si bodoh itu tak sedikit pun berniat mencariku dulu! Ia lebih memilih kabur bersama Agam dan diasuh oleh Nero."

Lias tersenyum kecut dan menyeka darah di bibirnya, tamparan Oscar membuat sudut bibirnya berdarah. Ia berusaha untuk menahan rasa sakitnya saat ini. Baginya, melihat keadaan mengenaskan dari ayahnya jauh lebih menyakitkan daripada sebuah luka kecil di wajahnya.

"Tampaknya kau yang bodoh. Kau hanya tidak tahu seberapa keras Zayyan berusaha mencarimu. Kau telah dibodohi oleh ucapan Abraham. Mungkin kau tidak sadar, tapi pria itu telah menanamkan benih kebencian dalam dirimu untuk saudaramu sendiri! Dasar sampah!" ucap Lias dengan yakin.

Detik selanjutnya Abraham keluar dari salah satu pintu di ruangan itu. "Apa kau diam saja saat dia memakimu?!" bentaknya pada Oscar. Pria itu masih tak bergeming. Ia menatap Lias dengan tatapan tajam. Tampaknya ucapan Lias sedikit berpengaruh padanya.

"Jangan naif! Sebentar lagi dunia ini akan berubah dengan adanya project black code. Setelah menyingkirkan kau dan orang-orang sepertimu, sebuah dunia baru akan tiba. Manusia-manusia tak berguna seperti kau dan ayahmu akan digantikan oleh mereka yang memiliki kemampuan diluar batas." ujar Abraham. Ia begitu bangga oleh project yang selama ini ia kerjakan.

Cuihh!
Lias dengan sengaja meludah di depan Abraham dan Oscar. Ia meremehkan ucapan Abraham. Dua pria itu masih terdiam, menunggu apa yang akan dilakukan Lias.

BLACK CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang