PART 15

2.2K 240 8
                                    

Agam menaikkan sudut bibirnya, ia tersenyum tipis.

"Kau ingin tahu?"

Zayyan menganggukkan kepalanya dengan cepat, ia berharap mendengar sesuatu yang besar dari Agam. Kemungkinan rekannya itu menyukai Gita misalnya. Tak masalah baginya jika Agam menyukai Gita, karena ia sudah berhenti menyukai wanita itu.

"Aku punya informasi mengenai black boss. Segera ke ruanganku." ucapnya dengan santai kemudian berlalu pergi.

"Hei, kau...haish!" teriak Zayyan pada Agam yang sudah pergi tanpa memberi jawaban seperti yang diinginkannya.

Zayyan mengikuti Agam ke ruangannya. Meskipun sedikit kesal, namun ia tetap penasaran dengan info mengenai black boss.

Beberapa detik berlalu, Agam sedang mencoba mengakses situs segreto lagi.

"Jadi apa yang kau temukan? Akan sangat mengecewakan jika kau menemukan hal yang tidak penting."

Agam mengabaikan Zayyan yang kini duduk di sampingnya. Ia masih terfokus pada layar komputernya, hingga..

"Lihatlah ini! Black boss pernah mengobrol dengan akun Ayahmu!" seru Agam hingga membuat pria di sampingnya terkejut seketika.

Deg.
Seketika mata Zayyan membulat sempurna dengan kedua alis yang terangkat. Ia membaca percakapan singkat di situs segreto itu.

BlackBoss00 : "Apa kau ingin membeli otak ini?"

HN50 : "Akan kupikirkan, jangan kau jual pada siapapun. Lima hari lagi akan kuhubungi kembali."

Tangan Zayyan mengepal kuat. Entah mengapa tubuhnya terasa panas setelah membaca percakapan singkat itu. Emosinya seakan tersulut, ia siap memaki siapa saja saat ini. Di antara puluhan bahkan ratusan orang yang mengakses situs segreto bahkan memiliki chat pribadi dengan black boss, mengapa harus Ayahnya?

Mengapa Ayahnya begitu tertarik pada hal-hal yang tidak seharusnya? Zayyan tahu betul jika dulunya Nero adalah seorang dokter bedah, namun apakah membeli dan mengoleksi benda-benda aneh seperti organ dalam manusia adalah sebuah keharusan? Dan lagi, untuk apa Nero melakukan semua ini? Semua pertanyaan terlintas bersamaan di benak Zayyan. Bukan pertanyaan yang positif tentunya.

"Apa dia pikir menjual organ otak bagaikan menjual makanan? Wah, benar-benar tak bisa kupercaya! Bahkan mereka bernegosiasi seperti itu!" ucap Agam. Ia sama emosinya seperti Zayyan.

"Gam, terus awasi pergerakan mereka. Black Boss dan Ayahku, mereka pasti terlibat dalam semua ini." perintahnya dengan menepuk pelan pundak Agam dan kemudian berlalu pergi.

*****

Abraham meringis kesakitan saat kepalanya diperiksa oleh Profesor Arwan. Ia merasakan pening yang begitu hebat di kepalanya, bahkan mungkin ia hampir mati rasa ketika kabel yang terhubung dengan sebuah layar pengendali dipasangkan ke pelipisnya.

"Bagaimana? Apa kau menemukan sesuatu?" tanyanya dengan menatap layar pengendali yang berukuran sebesar komputer menampilkan keadaan otaknya.

Profesor Arwan berbalik menghadap Abraham, "Kurasa chip yang terpasang di dekat otakmu mulai bermasalah. Apa kau sering menggunakannya akhir-akhir ini?"

Abraham terdiam, rautnya terlihat mencari memori di kepalanya baru-baru ini. Abraham menggeleng pelan seraya memegang kepalanya.

"Tidak. Aku hanya menggunakannya sekali saat mencoba memadamkan listrik di rumahku. Aku penasaran bagaimana benda kecil itu bekerja di otakku."

Profesor Arwan memandangnya iba karena tubuh Abraham mendadak panas ketika disentuhnya. Kemudian ia melepaskan kabel-kabel itu dari kepala rekannya.

BLACK CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang