Pukul 07:00.
Proses autopsi Juna.Kriett....
Lias membuka resleting kantong mayat tempat tubuh Juna dibawa.Gita memundurkan langkahnya, bulir-bulir air mata yang sedari tadi ia tahan kini menetes bebas membasahi pipinya. Ia memukul-mukulkan tangannya di dadanya sendiri. Rasa sesak mendominasi dadanya. Duka, sedih, marah, semua dirasakan Gita.
Tak hanya Gita, melainkan Lias juga. Hanya saja Lias tak terlalu menunjukkan kesedihannya. Meskipun Lias tidak lama mengenal Juna, namun ia bisa merasakan duka yang mendalam atas kematian Juna. Berbeda darinya, Gita telah lama mengenal Juna dan bahkan menganggapnya seperti seorang kakak.
Gita mengambil napas pelan dan kembali mendekat ke arah mayat Juna.
"Ah, aku menangis lagi ternyata." ucapnya sendu sambil mengusap air matanya.Lias mendekat ke Gita dan menepuk pelan punggungnya, ia menenangkan rekannya.
"Menangislah Git, jika dengan menangis bisa meringankan kesedihanmu."
"Dia sudah kuanggap seperti kakak sendiri, melihatnya terbujur kaku seperti ini rasanya aku tidak-"
Tangisan Gita makin menjadi hingga ia tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Wanita yang memakai jas putih dengan lambang forensik itu menangis tersedu-sedu di pelukan Lias. Melihat Gita yang begitu terpukul atas kematian Juna, Lias menjadi tak tega jika Gita ikut dalam proses autopsi Juna.
"Git, jika kau tidak sanggup melakukannya tak apa, biar aku saja. Jangan paksakan dirimu."
Sontak Gita melepas pelukan Lias, matanya yang sembab menatap Lias dengan serius seakan ingin memprotes.
"Tidak, aku akan melakukannya sebagai rasa terima kasihku yang belum sempat ku balas. Juna telah melakukan banyak hal untukku, setidaknya ini hal terakhir yang bisa kulakukan untuknya." ujarnya lirih.
Tak peduli seberapa dalam duka dan sedihnya, tugasnya sebagai dokter forensik tetap harus Gita jalankan. Ia tak bisa mengutamakan rasa sedihnya ketika mayat yang akan ia autopsi adalah seseorang yang dikenalnya.
*****
Tiga jam kemudian.
Pukul 10:15.Rama berdehem pelan, ia dan Zayyan sedang menuju ke LFN untuk mengetahui hasil autopsi yang dikerjakan Lias dan Gita.
"Zay, tentang Juna..."
"Hm?" balas Zayyan tanpa menoleh sekalipun, pandangannya fokus pada jalan karena ia sedang menyetir.
"Apakah dia tak mengatakan apapun padamu sebelum kejadian ini terjadi?"
Zayyan menggeleng pelan,
"Tidak, Juna tidak mengatakan apapun yang-"Cittt !
Zayyan teringat satu hal, matanya mendadak terbuka lebar. Ia menginjak pedal rem dengan tiba-tiba hingga membuat Rama terkejut dan tubuhnya terdorong ke depan. Untung saja jalan yang mereka lewati tak begitu ramai sehingga tak ada mobil atau kendaraan lain yang membunyikan klaksonnya."Zay, kenapa kau berhenti mendadak seperti itu?! Bisa bahaya jika mobil lain-"
Zayyan menoleh cepat ke arah Rama, sorot matanya seolah mengatakan jika ada hal serius yang baru diingatnya sekarang.
"Ram, Juna sempat mengirim pesan padaku." potongnya dengan cepat sebelum Rama menyelesaikan kalimatnya.
Rama mengangkat satu alisnya, ia masih belum mengerti ucapan Zayyan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK CODE
Mystery / ThrillerKasus pembunuhan satu keluarga menuntun tiga orang detektif yang bekerja sama dengan dua dokter forensik untuk menyelidiki suatu kasus besar yang melibatkan perdagangan manusia hingga serangkaian kasus lainnya. Di samping itu, sebuah project besar b...