PART 10

2.4K 265 3
                                    

Sepuluh jam berlalu sejak Zayyan memasuki ruangan 'aneh' yang tersembunyi dibalik rak buku milik Nero. Tanpa sadar ia tertidur di ruangan itu. Ia terhanyut dalam ketidakpahaman, kebingungan, dengan otak yang dipenuhi pertanyaan, 'Mengapa Ayah memiliki ruangan seperti ini? Dan untuk apa?'

Untung saja Ayahnya belum kembali dan tidak mengetahui jika anaknya menyelinap ke ruangan tersembunyi itu bahkan hingga tertidur.

Lama baginya untuk percaya akan semua hal yang baru saja dilihatnya. Organ dalam manusia di dalam kotak kaca, kemudian makhluk menyerupai manusia berada di dalam lemari kaca dengan berbagai kabel menempel di tubuhnya. Entah itu adalah robot, replika, ataupun manusia asli.

Tak hanya itu saja, beberapa bentuk 'aneh' juga ia temui di ruangan itu. Benda berbentuk robot manusia pun ia lihat. Sungguh, manusia mana yang mampu menerima hal gila dalam sekejap dan ternyata orang terdekatnya yang memiliki koleksi 'aneh' tersebut. Benar-benar tak dapat Zayyan terima begitu saja dengan akal sehatnya. Bahkan ia sempat berpikir jika mungkin Ayahnya memiliki penyakit mental karena mengoleksi hal seperti itu.

Zayyan memutuskan untuk keluar dari ruangan tersembunyi itu dan menuju mobilnya. Ia menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi bak seorang pembalap. Ia tak mempedulikan posisinya sebagai seorang detektif yang harus menjaga kecepatan mobilnya ketika di jalan.

Beberapa menit kemudian Zayyan mengurangi kecepatan mobilnya dan mengambil ponsel di saku jaketnya, ia menekan beberapa tombol untuk menelepon seseorang.

Tut..tut..tut..

"Haish! Kenapa anak itu lama sekali mengangkatnya?!" gerutunya sendiri. Ia kesal karena hanya terdengar suara sambungan telepon.

Setelah beberapa detik lamanya, akhirnya panggilannya tersambung, terdengar suara dari seberang telepon.

"Zayyan? Ada apa kau-"

"Gam, aku baru saja mengirim foto padamu. Tolong kau selidiki siapa dua makhkluk-- ah tidak, maksudku siapa dua orang dalam foto itu. Pastikan juga padaku apakah dia manusia atau bukan." perintahnya.

"Baiklah, aku akan segera mencari tahu. Kau ada di-"

"Cepat! Aku perjalanan menuju kantor." potong Zayyan dengan cepat. Ia tak memberikan kesempatan pada rekannya untuk bertanya lebih.

Setelah mengakhiri panggilannya dengan Agam, disaat yang bersamaan...

Citttt...!!
Bunyi gesekan ban dengan jalan begitu menggema hingga menimbulkan bekas pada jalanan. Mobilnya berhenti mendadak hingga membuat dadanya terbentur pada setir.

Zayyan mendecak kesal karena kecerobohannya menerabas lampu merah hingga hampir menabrak seorang pria yang menyebrang.

Meskipun sedang marah, namun Zayyan tak bisa pergi begitu saja dan tak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Ia turun dari mobilnya dan berusaha membantu pria tersebut. Tampaknya pria berkemeja putih itu seumuran dengan Zayyan, atau bahkan sedikit lebih muda.

"Maaf, apa kau baik-baik saja?!" tanya Zayyan dengan berjongkok dan membantu pria yang tadi terjatuh dan terduduk di jalanan.

"Lain kali perhatikan jalanmu! Apa kau tidak lihat lampu itu sedang merah?! Apa kau buta warna?!" timpalnya ketus dengan menatap Zayyan sekilas.

Zayyan merasa tak enak hati pada pria itu. Ia bisa memaklumi jika pria itu memakinya saat ini bahkan dengan suara meninggi. Itu memang karena kesalahannya yang tak memperhatikan lampu merah.

Obat yang dibawa pria itu jatuh berceceran dijalan hingga entah di dalam botol obat tersebut bersisa atau tidak. Namun tetap saja Zayyan membantu memungut obat-obat yang berserakan dan memasukkannya ke dalam botol yang bertuliskan donepezil.

BLACK CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang