Zayyan, Tedy, dan Rama telah mengonfirmasi jika dua hari yang lalu Putra kabur bersama lima anak yang diduga sebagai subjek dalam eksperimen manusia yang mereka jalankan untuk memenuhi project black code. Bahkan mereka telah mengecek CCTV disana.
Sedangkan Agam bergabung dengan tim satu dan tim tiga menuju laboratorium pribadi milik Arwan, tempat mereka melakukan eksperimen itu. Namun sayangnya nihil, semua hal yang berkaitan dengan project black code seakan musnah tanpa ada jejak sekalipun. Berkas, komputer, serta alat-alat yang digunakan untuk eksperimen itu telah tiada. Putra telah membereskan semua itu dengan sangat rapi seolah eksperimen itu tak pernah terjadi. Ia menjadi buronan yang kini berada di luar negeri.
.
.
.
"Bukankah menangkap Abraham dan Oscar telah cukup?! Untuk apa hingga mengejarnya ke luar negeri?! Kau sudah gila?!" bentak Toni Hasan. Ia adalah komisaris polisi yang memegang jabatan tertinggi di kepolisian metropolitan.Tangan Fredi mengepal kuat. Ia sudah bosan mendengar semua penolakan tak beralasan dari atasannya ini. Sejak saat kasus Martin, ia mulai menyadari ada yang tak beres dengan atasannya.
"Apa Bapak ingin kasus black code ini berakhir seperti kasus Letnan Martin? Terkubur begitu saja tanpa tahu kebenarannya." ucap Fredi, ia memberanikan diri setelah sekian lama bungkam dan menuruti semua perintah atasannya itu.
"Apa maksudmu?! Kasus Martin jelas berbeda dengan black code. Ia sendiri yang menggali kuburannya dengan melakukan investigasi pada kasus black boss, bahkan tim nya sudah ku peringatkan untuk mundur. Terlebih lagi seorang detektif membeli barang ilegal di situs dark web? Apa kau sadar atas perbuatan rekanmu itu?!"
Fredi yang tadinya sedikit menundukkan kepala, kini ia memalingkan wajahnya. Sudut bibirnya sedikit naik, jika tak memandangnya sebagai atasan, mungkin satu pukulan sudah mendarat di wajah Toni Hasan.
"Kenapa harus mundur? Bukankah anda seharusnya mendukung tim kami?! Kasus black code tiga tahun lalu dan saat ini adalah kasus yang sama. Bagaimana bisa anda mengatakan itu berbeda?! Ah ya--tentu saja saya sadar akan perbuatan Letnan Martin yang membeli barang ilegal itu, karena anda tidak pernah memberi kami izin untuk menyelidiki lebih dalam mengenai kasus ini."
Toni Hasan mengernyitkan dahi, ia sedikit terkejut mendengar perkataan Fredi yang semakin berani padanya.
"Apapun itu, perbuatannya sebagai detektif tak dapat dibenarkan dan-"
"Dan anda lah yang membuat kami mengambil resiko seperti itu. Baiklah, terlepas dari pembelian barang ilegal itu, mengapa anda meminta kami menutup kasus pembunuhan Letnan Martin dengan cepat? Alih-alih menyelidikinya lebih dalam. Jika saja tiga tahun lalu anda menyelidiki kasus itu dengan benar, maka saat ini Juna dan Profesor Arwan masih hidup. Bahkan sepuluh anak itu tidak akan berakhir menjadi subjek percobaan seperti binatang. Apa anda sengaja?! Apa anda tidak malu sebagai komisaris polisi-
DUKK!!
Toni Hasan menendang kaki Fredi dengan cukup keras, membuat Fredi memundurkan langkah nya dan meringis kesakitan."Jaga ucapanmu atau posisimu sebagai ketua tim akan kucabut!"
Fredi menghela napas, ia merasa memang ada yang janggal dari atasannya itu. Bahkan hingga detik ini ia masih berusaha menahan amarah nya agar tak melayangkan pukulan ke wajah atasannya.
"Hubungi tim mu untuk mundur dari penyelidikan, kasus ini ditutup dengan penangkapan Abraham dan Oscar!"
Mendengar hal itu membuat Fredi semakin geram. Ia tak bisa menutup kasus itu dengan mudah nya.
"Tapi kita seharusnya meminta surat perintah penangkapan dan mencari Putra serta lima anak yang dibawanya. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK CODE
Mistério / SuspenseKasus pembunuhan satu keluarga menuntun tiga orang detektif yang bekerja sama dengan dua dokter forensik untuk menyelidiki suatu kasus besar yang melibatkan perdagangan manusia hingga serangkaian kasus lainnya. Di samping itu, sebuah project besar b...