Dua Hari sebelum penangkapan tersangka pembunuhan.
Pembunuhan dan perampokan keluarga Wijaya.
Pukul 22:40
Seorang pria berpakaian serba hitam memasuki rumah mewah. Dengan mudah ia membuka pintu rumah bernuansa krem dengan langit-langit rumah yang menjulang tinggi.
"Rumah yang sangat mewah. Apa aku perlu membunuhnya seperti perintah bos? Padahal niatku hanya ingin merampoknya saja." gumamnya.
Tak ingin berlama-lama, ia langsung melancarkan aksinya. Ia melewati ruang tamu yang cukup luas dengan dipenuhi beberapa foto anggota keluarga dan beberapa lukisan yang tampak mahal.
Ia mulai memasuki salah satu kamar, dilihatnya samar-samar, karena kamar itu hanya menggunakan lampu belajar yang diletakkan di meja dan lampu utama sebagai penerangan mati. Kamar dengan cat merah muda, pria itu merasa salah masuk karena di ruang itu tidak ada apapun yang dapat diambilnya.
Ia beranjak keluar dan menuju kamar lainnya. Di kamar yang luasnya dua kali lipat dibanding kamar anak tadi, pria itu melancarkan aksinya. Mengambil uang dari brankas yang dengan mudahnya ia dapat membukanya. Ia memasukkan uang yang dicurinya ke dalam tas hitam milik orang rumah itu. Baginya membuka brankas adalah hal yang disukainya saat merampok. Setelah itu ia mengambil dua ponsel canggih yang tergeletak di meja.
Pria itu tersenyum karena dengan mudahnya mengambil barang-barang keluarga itu. Namun tepat saat pria itu baru melangkahkan kakinya keluar dari salah satu kamar, suara seorang gadis sedikit membuatnya tersentak.
"Si-siapa kau?" tanyanya polos sedikit terbata dengan melangkah maju.
"Haish, menyusahkan saja." gumam pria itu kesal.
Ia membalikkan badan dan melihat seorang gadis muda memakai baju tidur yang sedang berdiri dengan tatapan curiga.
"Kau pencuri? Ayah!!! Ibu!! Ada pencuri di-"
Gadis itu berteriak, namun si pria dengan cepat mengambil pisau dari sakunya dan menusukkannya di perut gadis itu. Tak hanya sekali, namun sepuluh kali. Jumlah yang lebih dari cukup untuk membunuh seseorang. Darah segar memuncrat ke wajah perampok yang tak ditutupi apapun. Sang korban dapat melihat dengan jelas wajah pembunuh yang sedang tersenyum miring ke arahnya. Benar-benar momen terakhir yang begitu menyedihkan.
"Jika kau tidak bertingkah, aku tak akan membunuhmu." ucapnya dengan mengusap rambut gadis itu setelah menusuknya. Ia bahkan mencabut dengan perlahan pisaunya agar sang gadis lebih lama merasakan sakitnya.
Napasnya melemah hingga jantungnya berhenti berdetak. Tepat sebelum ia kehilangan nyawanya, gadis itu masih dapat melakukan perlawanan, tubuhnya meronta-ronta akibat rasa sakit yang begitu hebat. Jeritannya tertahan akibat tangan pria itu membungkam mulutnya dengan tangannya. Air mata keputus-asaan menetes dari matanya. Tubuhnya bersimbah darah dengan sepuluh luka tusuk di beberapa bagian tubuh. Ia dibunuh di kamarnya sendiri.
"AAAA!!" teriak seorang wanita yang berada di belakang pria itu. Di sampingnya ada seorang pria tinggi berkacamata. Pasangan suami istri itu histeris melihat tubuh anak gadisnya berlumuran darah.
Sang suami melangkah maju, "Bagaimana kau bisa masuk ke rumah kami dan-"
JLEBB!!
Satu tusukan mendarat tepat di dada sang suami. Lagi, lagi, dan lagi. Pria itu menusuknya dengan tusukan brutal tak hanya sekali dan tak hanya di satu tempat.Sang istri membelalakkan matanya atas aksi gila yang dilakukan pria itu. Ia menjerit begitu histeris, tubuhnya seketika lemas, namun ia segera sadar jika diam bukanlah suatu pilihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK CODE
Misteri / ThrillerKasus pembunuhan satu keluarga menuntun tiga orang detektif yang bekerja sama dengan dua dokter forensik untuk menyelidiki suatu kasus besar yang melibatkan perdagangan manusia hingga serangkaian kasus lainnya. Di samping itu, sebuah project besar b...