PART 32

1.7K 209 13
                                    

Part 32 masih flashback kejadian saat Juna menyelidiki black boss hingga malam ketika ia dibunuh. Kisah ini juga diceritakan Flado melalui kemampuan psikometri yang di milikinya.
.
.
.
WARNING!!
PART INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN DAN ADEGAN SADIS

*****

Pukul 20:10
Dua jam sebelum Juna tewas.

Oscar bersandar di mobilnya sendiri dengan mengisap rokok. Juna mengintainya agak jauh, ia merasa semakin yakin jika pria itu sedang menunggu seseorang yang akan membeli organ dalam manusia melalui situs segreto.

Namun Juna merasa aneh ketika Oscar mengubah posisi tubuhnya dan kini menatap ke arah mobilnya. Juna merasa curiga pada pergerakan Oscar yang berjalan kian mendekat padanya. Oscar sampai di samping mobil Juna dan dengan cepat ia masuk mobil Juna dengan duduk di sampingnya tanpa mengatakan apapun. Tangan kiri Oscar masih membawa koper hitam tadi.

"Jadi bagaimana setelah kau tahu tentang identitasku? De-tek-tif Ju-na? Kau pasti mengalami hal sulit saat memecahkan kode namaku bukan?" tanya-nya santai tanpa melihat Juna sekalipun. Ia berbicara seolah telah mengenal dekat seorang Juna.

Juna tersenyum simpul, ia merasa jika Oscar sudah mengetahui niatnya. Ia berusaha setenang dan sesantai mungkin menjawab perkataan Oscar. Karena ia tahu jika pria muda di sampingnya itu bisa saja melalukan hal di luar dugaan.

"Tentu saja aku terkejut. Kukira kau sudah mati sembilan belas tahun yang lalu. Bukankah akan menjadi kejutan untuk Zayy--ah ralat, maksudku Yukhan."

Oscar membuang putung rokoknya melalui jendela mobil yang sedikit terbuka. Ia menyeringai, senyumnya terlihat begitu licik.

"Aku sudah tahu jika Yukhan berganti nama menjadi Zayyan, dan betapa bodohnya dia karena di asuh oleh orang yang membuat obat untuk eksperimen itu."

Mendengar hal itu membuat Juna merasa sangat yakin jika selama ini Oscar mencari tahu info mengenai kakaknya sendiri.
"Kenapa kau begitu berubah? Dari cerita yang kudengar, dulunya kau adalah anak polos. Bagaimana bisa anak polos sepertimu berubah menjadi monster yang membunuh orang-orang? Sangat drastis bukan?"

Sedikit demi sedikit Juna berusaha menggali info tentang Oscar. Ia memancing pertanyaan yang mungkin saja bisa menjadi petunjuk besar dalam kasus ini.

Alih-alih marah karena perkataan Juna yang menyebutnya monster, Oscar malah tertawa, seolah ia menikmati tiap kata yang di katakan Juna. Meskipun ia tahu betul jika perkataan detektif di sampingnya tak lucu sama sekali, tetap saja Oscar tertawa seakan meremehkan.

Oscar melipat kedua tangannya di depan dada. Ia bersikap begitu santai seolah itu adalah mobilnya sendiri dan sedang berbincang dengan kawan lama nya.

"Monster? Aku suka sebutan itu. Kenapa seorang detektif handal sepertimu repot-repot datang mengantarkan nyawa kesini? Ah ya, aku sebenarnya tak suka jika akan membunuh detektif. Kakak ku yang malang itu akan begitu sedih jika tahu rekan bodohnya ini tewas." ucapnya dengan nada santai, ia menoleh ke arah Juna, sorot matanya begitu tajam. Menampakkan sebuah ke-tidaksesuaian antara ucapan dan rautnya yang datar.

Juna masih terdiam, ia masih berpikir apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Seketika perkataan Agam melintas di kepalanya, perkataan yang memintanya untuk berhenti menyelidiki kasus ini sendirian. Karena jujur saja, bukannya takut, namun tindakan Juna seringkali gegabah, maka dari itu ketua tim memasangkannya dengan Zayyan. Fredi percaya jika Zayyan akan dapat mengontrol perilaku gegabah dari seorang Juna. Begitu pun sebaliknya, Juna akan dapat membantu Zayyan untuk mengontrol emosi nya.

BLACK CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang