PART 42 - END

2.8K 230 2
                                    

'Kata orang waktu akan menyembuhkan luka. Tapi di sisi lain, waktu mengajarkan kita bagaimana hidup dengan luka.'

*****

"Pak Hakim yang terhormat, hukuman seperti apapun yang anda berikan kepada saya, saya akan terima dengan senang hati. Saya tak pernah menyesali tiap perbuatan yang saya lakukan. Mereka memang pantas mati. HAHAHAHA!" teriak Oscar dengan sangat bangga di hadapan Hakim dan orang-orang yang saat ini menghadiri persidangan.

Tepat saat dua petugas akan membawa Oscar keluar dari ruangan itu, ia berbalik dan mencari sosok Zayyan. Kedua mata mereka bertemu, Oscar tersenyum miring.

"Kak Yukhan, ini adalah pertemuan terakhir kita! Kuharap kau tetap mengingatku sebagai adik tersayangmu!" teriaknya. Orang-orang yang datang pun menyorakinya. Bukan sorakan dalam hal baik, melainkan sorakan kemarahan pada sosok lelaki tak tahu malu itu. Mereka sungguh tak habis pikir dengan sikap gila Oscar yang masih bisa berteriak dan tertawa seolah persidangan ini hanya lelucon.

Di persidangan Oscar kali terakhir, Zayyan datang bersama Agam. Ia hanya terdiam saat mendengar ucapan adiknya. Zayyan dapat melihat dengan jelas perubahan sikap drastis dari seorang Oscar. Sikap polos nan baik yang dimiliki Oscar telah hilang dan berganti dengan sosok jahat dan raut psikopatnya. Zayyan tak kuasa menahan air matanya saat Hakim memberikan hukuman mati untuk adiknya. Bukan karena ia tak setuju dengan hukuman itu, melainkan ia sangat menyesal karena adiknya bertemu hingga pernah diasuh oleh orang yang salah sehingga menjadikannya seorang monster tak berhati nurani.

Kasus black code ditutup dengan hukuman mati untuk Oscar dan Abraham. Meskipun para anggota Tim Dua Unit Penyelidikan Khusus sangat berat hati melepas Putra yang kini berada di luar negeri dengan para subjek yang berhasil dalam eksperimen. Entah apa tujuan Putra membawa anak-anak itu, yang pasti bukan untuk hal yang baik. Jadi mau tidak mau, Letnan Fredi beserta anggotanya harus rela melepas kasus ini hanya sampai hukuman antara Oscar dan Abraham. Mereka juga sadar jika tak bisa berbuat lebih karena adanya wewenang yang berlaku di setiap negara. Disisi lain mereka tak mendapat izin dari sang komisaris polisi atasan mereka.

Zayyan dan Agam sempat berpikir jika Putra akan menjual anak-anak yang telah dijadikan subjek eksperimen itu dan memiliki niatan untuk mengubah dunia seperti tujuan awal dibuatnya project black code. Yah tetap saja, mereka tak dapat berbuat apapun.
.
.
.
.
Gita berdehem pelan untuk mengurangi suasana canggung diantara keduanya. Agam melirik Gita yang saat ini sedang menatapnya. Apa yang ingin dibicarakan Agam sungguh membuat Gita sangat penasaran, bahkan saat ini ia merasa jantungnya berdegup cukup cepat, namun wanita itu berusaha tak memperlihatkan rasa penasaran dan bahagianya. Agam memintanya untuk bertemu dengan dalih ingin membicarakan suatu hal yang serius. Tentang? Itu hal yang makin membuat Gita tak sabar mendengarnya karena Agam sama sekali tak mau memberi tahunya.

"Bisakah kau berhenti menatapku? Itu sedikit tidak nyaman." ucap Agam. Meskipun sudah terbiasa dengan tatapan Gita, namun entah mengapa tatapan wanita itu kali ini terasa berbeda.

Gita tersenyum kecil, ia mengalihkan pandangannya dari Agam. "Baiklah, jadi apa yang ingin kau katakan padaku?"

Agam mengangguk pelan, bukan untuk menanggapi ucapan Gita, melainkan meyakinkan hatinya untuk mengatakan sesuatu.

"Aku tahu jika selama ini kau sabar menghadapi bagaimana sikap dinginku padamu, aku tahu kau selalu menunggu pesanku, menunggu sebuah kabar yang tak pernah ku berikan padamu. Dan kau tahu jika aku selalu memegang prinsip bahwa tak akan menyukai seseorang yang juga pernah disukai teman dekatku atau seseorang yang pernah menjadi bagian dari teman dekatku."

Gita menoleh dan mendengarkan Agam dengan serius. Dalam hati ia begitu berharap jika Agam akan menyatakan perasaan padanya.

"Sebelum aku mengatakan ini, aku ingin meminta maaf padamu."

BLACK CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang