M 13

19.2K 2.3K 109
                                    

Ekhem :v

Seperti biasa, sebelum baca. Kita baca bismillah dulu.

Bismillahirrahmanirrohim

Terus, klik bintang di pojok kiri.

Wajib tinggalkan jejak


Happy Reading🌱








"Besok, kamu bisa ke rumah Pakdhemu, Le! Mereka butuh bantuanmu katanya," ujar Nyai Halimah sambil menyiapkan hidangan di meja makan.

"Enggeh, Mi! Tapi sebelumnya, mungkin Azmi mau ke dhalem Kyai Ramdan dulu."

"Mau ngapain?"

"Mau minta tolong untuk dicarikan jodoh lagi."
Meski wajah Gus Azmi tersenyum menatap Nyai Halimah, ia tau bahwa anaknya tidak sedang baik-baik saja. Namun setidaknya, itu bisa sedikit membuatnya lega. Karena keputusan Gus Azmi menyelipkan arti bahwa ia tak ingin berlarut-larut dengan masalahnya. Semoga keputusannya itu bisa mendapatkan seseorang yang memang bisa membuatnya lupa akan luka di hatinya.

Nyai Halimah mendekat, lalu meraih tangan Gus Azmi seraya duduk di sampingnya. Beberapa kali ia menepuk-nepuk pelan punggung tangan anaknya itu. Air mata mulai menggenangi kelopak matanya.

"Maafkan, Umi, Le!" ucapnya lirih.

"Umi jangan meminta maaf sama Azmi! Justru Azmi yang harusnya minta maaf, karena Azmi sudah bikin malu Umi dan abah!"

"Ndak, Le! Manusiawi jika kita ingin bersama dengan orang kita cintai. Umi akan lebih khawatir, jika kalian sampai menikah padahal Umi tahu jika Ana tak mencintaimu. Pernikahan yang seperti itu tidak akan membawa kebahagiaan bagi kalian berdua. Meski kamu yakin bisa membahagiakan dia, tapi jika dia tetap tak bisa bahagia bersama kamu, maka, itu sama dengan kamu sudah mendzoliminya."

Gus Azmi mengangguk-angguk mengerti.

"Terima kasih, Umi!" setitik bening Kristal ikut luruh dalam tundukan kepalanya. Hatinya jauh lebih bersyukur dikaruniai orang tua yang selalu memegang teguh kebenaran.

Mengajarinya tak hanya lewat lisan, melainkan langsung mencontohkannya.

Nyai Halimah mengelus pundak Gus Azmi lembut.

Kondisi mereka menyiratkan kepiluan di mata Ning Aisy yang berdiri di balik tembok pembatas ruang makan dan ruang keluarga. Benar kata uminya, ia juga seharusnya tak berlarut-larut dalam masalah ini.

ꕥ 𝕄𝕒𝕒𝔽 ꕥ

Ana menutup mulutnya yang tak henti tertawa.

Sementara Gus Fahmi malah menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena malu. Berkali-kali dia menolak Ana yang ingin melihat wajahnya.

"Kak Fahmi, lucu!" Tawa Ana seolah tak ada habisnya.

Gus Fahmi menurunkan tangannya perlahan. Ia melirik Ana yang masih saja tertawa. Tawa itu yang dulu membuatnya sangat cemburu pada Bagus. Tawa lebar Ana yang hanya ada saat ia bersama dengan Bagus. Tawa Ana yang juga ingin dinikmatinya.

Tawa itu perlahan-lahan menghilang saat Gus Fahmi menatapnya. Ada pendar cinta di sana yang membuat Ana kikuk. Ia memundurkan tubuhnya sedikit lebih jauh dari Gus Fahmi.

Gantian kini Gus Fahmi yang tersenyum. Ia membenarkan duduknya agar lebih nyaman menatap wajah Ana yang mulai memerah.

Ana mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Senyum Gus Fahmi makin lebar saat melihat Ana mulai salah tingkah. Kecantikan Ana makin terlihat saat ia tak memakai hijab.

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang