M 23

17.9K 2.2K 157
                                    

hai?

terimkasih doanya, hehe ga sempat balas satu satu :)

Oh iya selamat membaca juga ya, buat yang pada ikutan PO Novel "Cindpes" Pasti udah pada nyampe ya :*

yang mau ikutan beli, bisa check akun shopee aku, atau melalui Ig . ada di desc profilku wp. Stok terbatas ya.

happy Reading 🌱

"Lina?" Ana bertanya tak percaya saat melihat Lina berada di ruang tengah dhalem barat. Tempat Kyai Jakfar dan Nyai Sakdiah tinggal. 

Lina menoleh ke arah Ana yang baru saja muncul di bingkai pintu pemisah antara dhalem barat dan timur. Tampak Lina yang tengah menyeka air matanya. Setelah mencium tangan Kyai Jakfar dan Nyai Sakdiah, Ana mendekat ke arah Lina.

"Kenapa?" bisiknya pelan.

Lina menggeleng seraya tersenyum. Nyai Sakdiah tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pada Ana.

"Lina menerima pinangan," jawab Nyai Sakdiyah dengan senyum tulus.

"Benarkah?" Ana terperanjat.

Lina mengangguk, ia masih tampak tak kuasa membendung air matanya.

"Masyaallah, sungguh? Selamat Lina! Aku turut bahagia." Ana memeluk Lina erat.

Kyai Jakfar berpamitan untuk menemui tamu-tamu di depan. Sementara Nyai Sakdiah masih menemani mereka berdua.

"Siapa pria yang meminang Lina, Mi?" tanya Ana setelah melepas pelukannya.

"Azmi."

"Azmi?"

"Kak Azmimu. Gus Azmi."

Mata Ana membulat. Perasaannya mulai tak enak. Namun melihat wajah Lina dan Nyai Sakdiah yang terlihat bahagia, rasanya juga tak enak hati untuk bertanya lebih jauh tentang itu.

_Maaf_


Matahari baru saja menyembul dari ufuk timur. Membias rona jingga kemerahan di kaki langit. Fajar shodiq hadir bersamaan dengan habisnya waktu shubuh. Masih terdengar pembacaan surah Al-Kahfi dari musholla putri. 

Hari ini ada jadwal pengontrolan kebersihan daerah seperti biasa oleh Gus Fahmi. Biasanya, setelah dari masjid, ia akan melepas sandalnya lalu berjalan mengitari asrama putra, berkeliling. Setelah itu baru lanjut mengontrol area putri.

Semalam, ia sudah bersepakat dengan Ana untuk berbagi tugas. Ana mengontrol bagian putri dan dia mengontrol bagian putra. Meski sebelumnya mereka juga sempat berdebat perihal Gus Azmi dan Lina.

"Bagaimana jika Gus Azmi meminang Lina hanya karena terpaksa?" tanya Ana semalam pada Gus Fahmi.

"Apa alasan keterpaksaan Kak Azmi? Bukannya masalah Lina dan keluarganya juga sudah selesai?" Gus Fahmi balik bertanya.

"Entahlah, tapi rasanya benar-benar aneh. Mana mungkin Gus Azmi tiba-tiba meminang Lina?"

"Lina juga sudah masuk kriteria wanita yang baik 'kan? Apanya yang aneh?" Gus Fahmi mendekat ke arah Ana yang sudah bersiap untuk tidur.

"Aneh, karena mereka sama-sama tidak punya perasaan yang khusus satu sama lain."

"Maksudnya, Ana mau bilang kalau Kak Azmi harusnya masih setia sama Ana karena dia sukanya sama Ana?" Gus Fahmi yang sudah duduk di samping Ana melirik cemburu.

"Kok ngomongnya gitu? Ana hanya khawatir, jika mereka berdua malah akan saling menyakiti satu sama lain jika ternyata mereka mengambil perjodohan ini dengan terpaksa."

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang