M 48

15.8K 1.8K 372
                                    

Maaf telat up.😅

but.

Happy reading🌱

Ana baru saja usai dipindahkan. Sementara Bagus tengah mengantri untuk mendapatkan obat di apotek yang letaknya berada di samping lobi rumah sakit.

"Bagus?" gumam Ning Syila lirih saat melihat Bagus duduk di bangku antrian sambil memegang resep di tangannya. Ia baru saja masuk ke rumah sakit bersama Gus Ahmad.

"Siapa?" tanya Gus Ahmad yang juga mendengar gumaman Ning Syila.

"Itu Bagus bukan, Kak?"

Ning Syila menunjuk laki-laki berkaca mata yang sudah berdiri, menyerahkan resep di tangannya pada petugas apotek. Gus Ahmad memutar kepalanya ke arah yang ditunjuk Ning Syila.

"Iya, sepertinya." Gus Ahmad menjawab setelah sebelumnya memicingkan matanya, memastikan bahwa itu benar-benar Bagus.

"Ngapain dia di sini?" tanyanya.

"Ke sana saja, kalau penasaran!" usul Gus Ahmad.

"Boleh?" tanya Ning Syila menatap netra suaminya.

Gus Ahmad mengangguk lalu menggandeng tangan Ning Syila menuju Bagus.

"Bagus!" Gus Ahmad memanggil lebih dulu.

Bagus menoleh ke arah suara. Sedikit terkejut ia melihat keberadaan Ning Syila dan Gus Ahmad di sana. Segera ia menurunkan lengan bajunya yang terlipat sedikit ke bawah. Lalu mengangguk takdzim dengan senyum di bibir.

"Assalamu'alaikum, Gus! Ning! Kok ada di sini?" tanya Bagus setelah menyalami Gus Ahmad.

"Wa'alaikum salam. Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain di sini?" tanya Ning Syila.

Bagus menarik sudut bibirnya lebih lebar. Ia tampak bingung harus menjawab apa. Jari tangannya juga sudah nangkring di tengkuk, menggaruk sesuatu yang tidak gatal di sana.

"Ada keluarga yang sakit kah?" Kembali Ning Syila bertanya.

"Ah, enggeh, Ning! Ada keluarga yang sakit." Bagus langsung mengiyakan.

"Siapa? Papa, mama, atau ..."

"Adik," potong Bagus.

"Adik? Kamu punya adik? Bukannya kamu anak tunggal?" Ning Syila makin curiga.

"Ning ...!" Gus Ahmad menggeleng pada Ning Syila. Kode bahwa Ning Syila harus berhenti menginterogasi Bagus yang sudah mulai kehilangan jawaban.

"Nak Bagus! Neng Ana sudah sadar. Dia minta pulang saja katanya."

Bi Darmi tiba-tiba saja muncul dari belakang Ning Syila.

"Ana?" tanya Ning Syila terkejut mendengar perkataan Bi Darmi.

Matanya beralih pada Bagus yang kini mulai merubah senyumnya menjadi ringisan tak nyaman. Sedangkan Bi Darmi yang tidak tahu apa-apa hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Ning Syila.

Maaf

"Ana!"

Ning Syila masuk dengan wajah panik dan langsung mendekat pada Ana. Ana sendiri ikut terkejut melihat kehadiran Ning Syila bersama Gus Ahmad di sana. Baru saja ia mendapat kabar dari Bi Darmi bahwa yang membawanya ke rumah sakit adalah Bagus. Sekarang dia malah mendapati Ning Syila yang seharusnya tidak boleh tahu tentang keadannya.

"Kamu kenapa bisa begini? Apa kata dokter? Fahmi kemana?"

Ning Syila memberondong Ana dengan pertanyaannya. Tas tangan yang semula ada di sisi ranjang Ana, sudah dipindah ke atas nakas oleh Gus Ahmad. Bagus yang datang paling belakang tersenyum seraya menggelengkan kepalanya pada Ana.

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang