M 22

17.8K 2.1K 149
                                    




Happy Reading 🌱🌱


Ana mencium tangan Gus Fahmi yang juga baru saja datang melaksanakan sholat ‘ashar berjamaah di masjid.

Bibirnya langsung mendaratkan kecupan lembut di ubun-ubun Ana saat Ana menunduk mencium tangannya. Ana tersenyum lalu menerima surban yang sudah dilepas oleh Gus Fahmi dari pundaknya. Menyimpannya rapi di balik lemari.

“Sejak kapan Kak Azmi datang?” tanya Gus Fahmi.

“Gus Azmi?” Ana tak mengerti.

“Iya, di depan ada mobil Kak Azmi sepertinya. Ana belum ketemu?”

“Ana baru aja dari musholla, habis haddadtan. Ini aja belum buka mukena.”

“Duh, rajinnya istriku.”

Cepat Ana menghindar saat Gus Fahmi mencoba mendekatinya. Gus Fahmi terkekeh melihat usaha Ana yang menghindar dari pelukannya.

“Kak Fahmi mau dibuatin apa? Ana buatkan deh.” Ana mencoba mengalihkan perhatian Gus Fahmi sambil melipat mukenanya.

“Kak Fahmi mau minta ijin sama umi dan Abah.” Gus Fahmi duduk di sofa seraya membuka kitab yang kemarin belum tuntas ia baca.

“Mau ke mana?” Ana mendekat dan duduk di dekat Gus  Fahmi. Melirik sebentar kea rah kitab yang dibaca Gus Fahmi.

“Mau jalan-jalan sama Ana.”

“Jalan-jalan? Ke mana?”

“Ke mana aja, yang Ana suka. Yang penting bisa menghabiskan waktu berdua sama Ana.”
Ana tersenyum gemas melihat Gus Fahmi yang mengabarkan kabar bahagia, tapi wajahnya sangat datar tanpa ekspresi. Merasa diperhatikan, Gus Fahmi mengalihkan pandangan pada Ana yang terus menatapnya.

“Kenapa lihatnya begitu?” Gus Fahmi mulai malu dan gugup. Padahal, Ana sudah menjadi istrinya. Tapi setiap kali tatapan dari bola mata Ana mendarat padanya, jantungnya selalu berdegup kencang. Seolah baru pertama ia mendapat tatapan seperti itu.

“Ini, tolong bacakan buat Kak Fahmi!” Gus Fahmi meletakkan kitabnya di pangkuan Ana.
Ana makin memperlebar senyumnya seraya menutup kitab itu. Ia lalu bergerak mendekat pada Gus Fahmi yang mulai tersipu malu. Ana menarik tangan Gus Fahmi dengan tatapan nakal. Mengelus telapak tangannya perlahan lalu meletakkan kitab itu kembali di atas tangan Gus Fahmi.

“Harusnya Ana yang diajari oleh orang lulusan Turki. Bukan sebaliknya.” Alis Ana naik turun menggoda Gus Fahmi.

Gus Fahmi menggigit bibirnya. Gemas pada sikap Ana yang terlihat menggodanya terang-terangan.

“Tunggu balasan Kak Fahmi nanti malam, ya!” ancam Gus Fahmi seraya mencubit pipi Ana pelan. Alis Ana yang semulai naik turun langsung bertaut mendengar ancaman Gus Fahmi. Tatapannya mengikuti langkah Gus Fahmi yang berjalan menuju pintu.

“Mau ke mana?” tanya Ana.

“Mau ke ruang baca. Kalau di sini gak jadi belajar,” jawabnya sebelum menarik knop pintu.

“Kenapa?”

Gus Fahmi berbalik.

“Ana mau setoran sekarang?” ia juga berusaha menatap Ana dengan tatapan nakal.

“Setoran apa?”

Mata Gus Fahmi memberi kode ke arah tempat tidur.

“Dih, kirain apaan!” Ana bangkit lalu membantu Gus Fahmi membuka pintu kamar.

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang