M 17

18.8K 2.2K 157
                                    

Seperti biasa sebelum baca.

kita klik bintang pojok kiri dulu ❤🌱


Happy Reading 🌱❤









Ana melepas mukenanya segera setelah beberapa kali digertak oleh Ning Syila. 

Ia terpaksa mengulang hafalan sambil menerima riasan untuk wajahnya. Pagi ini walimatul ursy akan di mulai tepat jam tujuh pagi. Itu artinya, Ana sudah harus selesai berdandan sebelum jam yang sudah ditentukan.

Kuade memang sudah mulai tertata di musholla putri. Namun, bukan berarti kegiatan wajib berjamaah untuk mereka diliburkan. Musholla tetap bisa digunakan untuk berjamaah, hanya saja kegiatan setoran alquran setiap habis shubuh pada pengurus kamar masing-masing yang diliburkan.

Gus Fahmi juga sudah siap dengan baju yang memang sudah disiapkan oleh WO. Rangkaian bunga melati juga sudah siap untuk menghiasi kopyah dan lehernya. Meski sudah lebih satu minggu ia melaksanakan akad, namun sejatinya, ia masihlah belum menjadi seorang pengantin. Rasa gugup yang dirasanya, masih sama seperti sebelumnya. 

Rangkaian acara yang akan dimulai dengan ceramah tentang pernikahan oleh salah seorang kyai dari kota seberang, berlanjut dengan pembacaan sholawat beserta doa. Biasanya saat itulah, kedua mempelai akan berjalan menyusuri para undangan untuk bersalaman, atau meminta restu. Gus Fahmi di halaman dhalem, dan Ana di teras belakang dhalem, tempat para undangan muslimat. Baru setelahnya, Gus Fahmi akan digiring untuk duduk di pelaminan bersama Ana. Tepat di kompleks asrama putri, dan di hadapan para tamu muslimat.

Suara sound sistem mulai terdengar. Khas gambus dan nasyid ala pesantren. Pertanda bahwa di luar matahari pasti sudah terbit. Gus Fahmi di apit oleh Kyai Jakfar dan Kyai Ramdan berdiri di pintu masuk untuk undangan. Menyambut para undangan yang hadir dari berbagai kota. Satu-persatu tamu bersalaman sambil mengurai senyum turut berbahagia.

Gus Fahmi mengenakan setelan jas berwarna putih, dengan sarung berwarna hijau yang hanya di lipat separuh di bawah bajunya. Peci putih dengan rangkaian bunga melati dan mawar di ujungnya menambah aroma bahagia di wajahnya.

Gus Azmi dan Bagus membantu mempersilahkan para tamu undangan untuk menempati tempat yang sudah disediakan. Sambil sesekali menyuruh beberapa khadam yang tampak sibuk membawa bingkisan untuk para undangan. 

Ana menguap beberapa kali. Matanya mengerjap-ngerjap pelan, menahan air mata yang tampak memaksa untuk keluar setiap kali ia selesai menguap. Ana juga sempat meminta untuk melepas bulu matanya pada Ning Syila, karena merasa semakin mengantuk.

Bunda yang baru saja datang, langsung memeluk Ana haru. Ada linangan air mata yang beberapa kali pula ia usap dengan tisu. 

Nyai Sakdiah dan yang lainnya sudah sibuk menerima tamu di belakang. Mereka juga tengah menunggu Ana untuk turut hadir dan mendengarkan ceramah yang sudah disambung dengan loundspeaker musholla putri.

Ana saat ini mengenakan gaun berwarna senada dengan Gus Fahmi. Meski hijabnya kali ini tak menutupi dadanya, namun aksen renda yang lebar berbentuk kupu-kupu di dadanya, cukup untuk menutupi bagian tubuh yang memang seharusnya ditutup.

Gaun yang dikenakannya tidak terlalu lebar di bagian bawah. Hal itu memungkinkannya untuk berjalan mengitari tamu undangan seperti yang dilakukan Gus Fahmi, yakni bersalaman dan meminta restu dari para tamu.

Sebuah tiara tertancap cantik di ujung kepalanya, dengan beberapa aksesoris kupu-kupu berwarna silver yang juga mengitarinya hingga ke atas telinga. Tak lupa, rangkaian bunga melati juga sudah menutupi sanggulnya dengan rapi. Sederhana, namun tampak berkelas.

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang