M 53

13.8K 1.7K 151
                                    

Ciee yang baru balik trawih,







.


Happy Reading🌱


Lina memegangi perutnya yang mulai tak enak. Sebentar lagi masuk waktu subuh. Perutnya mulai terasa melilit karena lapar yang ditahannya sejak tadi.

Keringat dingin mulai membentuk titik-titik di dahinya. Pendingin di dalam mobil seolah tak mampu mengeringkan peluh. Bau pengharum rasa jeruk juga malah menambah buruk rasa mualnya.

"Gus, bisa kita menepi sebentar?" tanya Lina dengan suara lirih.

Gus Azmi melirik sebentar pada Lina yang tampak gelisah di sampingnya.

"Kamu kenapa?" tanyanya lalu fokus pada arah jalan lagi.

"Perut saya gak enak. Sepertinya saya mabuk darat."

"Sebentar, kita cari rest area ya."

"Sebentar saja, Gus." Lina mulai menggigit bibirnya.

"Iya, iya ...."

Gus Azmi sedikit menepi. Dengan cepat Lina membuka pintu mobil lalu keluar menjauh dari mobil. Ia bahkan bisa malu jika harus muntah di depan Gus Azmi.

Setelah Gus Azmi mengambil posisi parkir yang lebih aman. Ia pun turun dari mobil, mendekat ke arah Lina yang masih duduk berjongkok di sisi jalan. Tak lupa ia membawa kotak tisu dari dalam mobilnya.

"Jangan dekat-dekat, Gus!" Lina melarang Gus Azmi mendekatinya.

"Kenapa?"

"Saya malu ..."

Belum sempat Lina menyelesaikan ucapannya, sudah terdengar suara Lina yang memuntahkan seluruh isi perutnya. Terlihat pula kepalanya yang sesekali naik turun dengan suara khas orang muntah.

Gus Azmi mendekat tanpa menghiraukan tangan Lina yang mengibas ke arahnya. Ia langsung memijit pelan leher Lina. Wajahnya terlihat sedikit cemas.

Ia mengulurkan tisu pada Lina setelah dirasa Lina selesai dengan muntahnya. Gus Azmi pun bergegas ke mobil, mengambil sebotol air mineral dari sana.

"Basuh dulu tangannya!" ujarnya sambil mengalirkan air dari botol.

Lina tak bisa menolak lagi. Meski malu, ia tak punya pilihan selain mengikuti ucapan Gus Azmi. Membasuh tangan dan mulutnya dengan bantuan Gus Azmi di sampingnya.


🌻Maaf🌻




"Kak Fahmi gak mau ke musholla?" tanya Ana.

"Buat apa?"

"Ini sudah hampir shubuh 'kan?"

"Oh, sholat shubuhnya di sini saja, sama, Ana."

"Tapi Ana sholat sambil duduk, boleh?"

"Masih pusing, ya?"

Ana mengangguk pelan.

"Berarti Ana masih belum boleh pulang hari ini."

Wajah Ana berubah. Memelas.

"Kalau di rumah, pasti lebih cepet sembuhnya."

"Gak, ah. Nanti nyampe rumah malah kerja lagi ngurusin maulid."

Ana menghela nafas.

"Dekorasi pentasnya sudah di handle santri yang lain. Ana gak boleh kerja apa-apa dulu. Bagus sudah cerita semuanya sama Kak Fahmi."

"Cerita apa?"

"Cerita pesan dokter kemarin, kalau Ana belum boleh beraktifitas dulu. Harus total istirahatnya. Gak boleh stress juga."

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang