M 20

19.8K 2.3K 197
                                    

AWAS PADA BILANG INI PENDEK!!

NANTI SLOW UP INI 🤣

KLIK BINTANG POJOK KIRI DULU

HAPPY READING 🌱

Lina melepas ibunya dengan air mata.

Ana juga sudah menyiapkan sedikit rejeki untuk ibu Lina. Hasil dari sebagian tabungannya selama di pesantren dulu.

Gus Fahmi dan Gus Azmi hanya bisa menatap tiga wanita yang terlihat penuh haru di depannya itu.

Rasa khawatir Lina sangat besar kali ini, karena ini kali pertama ibunya naik pesawat. Ia menunggu sampai ibunya tak terlihat lagi, di damping Ana. Tangannya tampak menggenggam tangan Ana terus menerus.

Ana tersenyum pada Lina sambil menepuk punggung tangan gadis di sampingnya itu.

“Sudah, tenang! Insyaallah, ibu sudah aman sekarang.”

Lina mengangguk, kelopak matanya tergenangi air.

“Makasih, An! Kalau bukan karena bantuanmu, mungkin aku takkan setenang ini,” ujarnya kemudian.

“Allah yang bantu, cuma lewat kami. Yang paling berjasa justru Gus Azmi. Beliau memakai tabungan pribadinya.” Ana menunjuk Gus Azmi yang tengah duduk di bangku bandara.

“Oya? Masyaallah … aku jadi gak enak.”
Ana tersenyum, lalu mengajak Lina untuk berjalan menuju dua pria yang sudah menunggunya.

“Sudah mau langsung pulang?” tanya Gus Fahmi saat melihat Ana mendekat.

“Terserah Kak Fahmi, Ana ikut aja!”
Gus Azmi tersenyum tanpa mengangkat wajahnya mendengar ucapan Ana. Panggilan yang terasa sangat asing di indera pendengarnya.

“Atau kita cari hotel saja untuk menginap malam ini?” tanya Gus Fahmi lagi seraya menengok jam di tangannya.

Ana ikut menengok jam tangannya. Benar, ini sudah hampir tengah malam. Perjalanan ke pesantren membutuhkan waktu lima sampai enam jam lagi. Kalau Gus Azmi dan Gus Fahmi bergantian menyetir, tetap saja mereka akan kelelahan.

“Terserah, gimana enaknya. Langsung pulang, boleh. Mau cari penginapan, juga boleh.”
Gus Azmi menyerahkan keputusannya.

Matanya bersitatap dengan Ana sejenak. Cepat ia menundukkan wajahnya kembali. Gugup.

“Kita cari hotel saja kalau begitu,” putus Gus Fahmi seraya beranjak dari duduknya.

“Ayo!” Gus Fahmi mengulurkan tangannya ke depan Ana. Seolah tak sadar ada orang lain di dekat mereka.

“Ayo!” Ana menautkan lengannya di lengan Lina, lalu berjalan mendahului Gus Fahmi sambil tersenyum geli karena sudah mengabaikan tangan Gus Fahmi.

“Kalau mau bikin aku cemburu, jangan terlalu jelas begitu!” goda Gus Azmi yang ikut menyusul langkah Ana dan Lina.

Gus Fahmi mengangkat tangan ke daerah pelipis, menggaruk-garuknya dengan perasaan malu.

Ana bisa juga menggodanya di depan orang. Pikirannya sudah penuh dengan berbagai macam hukuman yang akan Ana terima nanti di kamar. Senyum gemas menyembul di sudut bibirnya.

🌱🌱🌱


“Check-in untuk berapa kamar?” tanya Gus Azmi saat memasuki lobi sebuah hotel.

“Dua saja,” jawab Ana cepat.

Gus Fahmi dan Gus Azmi sama-sama mengerutkan kening ke arah Ana.

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang