M 29

14.6K 1.8K 122
                                    

Selamat Selasa ☘️

Kuy lah spam komen, tapi jangan cuma minta panjang, hahaha.


happy reading🌱🌱




"Enggeh, Mbakyu ..., rencananya memang pekan depan sudah harus sampai di Arab."

Nyai Halimah menjawab pertanyaan Nyai Sakdiah saat mereka bertandang ke kediaman Kyai Jakfar.

"Aisy bagaimana?" tanya Nyai Sakdiah lagi.

"Aisy kemarin sempat berkabar, kalau dia ada kesibukan lain mengajar anak-anak di sana. Sebenernya, ada seseorang yang sudah mengkhitbah Aisy."

"Masyaallah, siapa? Orang mana?" Nyai Sakdiah terlihat turut bahagia.

"Orang Jawa Tengah, Mbakyu. Tapi bermukim di Arab juga."

"Oalah, semoga berjodoh ya, Dik!"

Nyai Sakdiah menggenggam tangan Nyai Halimah, tulus mengucap doa untuk Aisy. Matanya tampak bahagia sekaligus sedih.

"Maafkan aku, Dik! Aku juga tidak tahu bahwa takdir akan begini. Padahal dari dulu, aku sudah berharap Fahmi akan berjodoh dengan Aisy. Ndak taunya malah jadi pemisah antara Azmi dan Ana."

"Mboten, Mbakyu! Takdir Allah ndak pernah salah. Mungkin kita saja yang masih belum menemukan hikmahnya. Buktinya sekarang, Fahmi sudah bahagia sama Ana."

Nyai Halimah menepuk-nepuk pelan punggung tangan Nyai Sakdiah yang masih terlihat nyata penyesalan di matanya.

"Lalu Azmi sama Lina, piye?" tanya Nyai Sakdiah.

"Insyaallah, mereka juga bahagia. Saya dan Kak Kholil juga dulu menikah karena perjodohan. Apalagi Azmi dan Lina yang memang sudah saling mengenal sebelumnya," jawab Nyai Halimah sambil tersenyum.

"Syukurlah kalau begitu! Aku sempat khawatir, Azmi mengambil keputusan terlalu terburu-buru. Oh iya, katanya Azmi juga mendapat tiket liburan itu dari Kyai Maimun?"

"Enggeh, Mbakyu."

"Terus, mereka mau ikut? Fahmi ndak mau karena kegiatan maulid sebentar lagi."

"Kata Kak Kholil, Azmi mau. Tapi saya juga ndak tahu pastinya."

"Ya sudah, biarlah itu menjadi urusan mereka sendiri. Sudah waktunya makan, di belakang pasti sudah di siapkan lauk yang baru. Kita makan dulu!"

Nyai Sakdiah bangkit dari duduknya. Ia memanggil salah satu abdi dhalem yang berada di dapur. Meminta tolong pada khadam itu untuk memberitahukan pada Kyai Jakfar untuk makan siang bersama.


_Maaf_

"Mohon maaf, Gus! Sepertinya saya gak bisa bantu-bantu untuk maulid ini di pesantren."

Bagus menolak permintaan Gus Fahmi saat mereka sudah selesai makan.

"Kenapa? Kak Bagus mau pergi lagi?" tanya Ana.

"Iya, tapi kali ini ke pelosok."

"Ada kegiatan sosial?" tanya Ana lagi.

"Bukan, rencananya Kak Bagus mau buka cabang di salah satu desa yang ada di wonosobo. Jadi Kak Bagus juga masih perlu survey lokasi, sambil bikin pelatihan buat masyarakat desa yang mungkin nantinya akan menjadi bagian dari usaha Kak Bagus."

"Maksudnya, kamu mau memberdayakan masyarakat di sana untuk menjadi pegawai resto kamu?" Kali ini Gus Fahmi yang bertanya.

"Iya, betul." Bagus mengangguk mantap.

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang