M 19

20.9K 2.2K 195
                                    

Lagi hujan ya :)

Terimkasih buat 100k Readers❤❤🌱🌱 

Oh ya sekedar informasi, jadwal tayang, dari sabtu malam, kini kembali ke malam jum'at🤣

Jadi jangan nagih up di selain maljum ya :D

Tapi insyaallah tetep ada up bonus di selain maljum, harinya random.🌱

jangan lupa tinggalkan jejak 🌱



Bismillahirrohmanirrohim,
Happy Reading 🌱❤




Adun sudah menunggu di ruang tamu dhalem barat. Tempat Kyai Jakfar dan Nyai Sakdiah. Keluarga Lina dan keluarga pesantren juga sudah berkumpul, kecuali Ning Aisy dan para bu nyai. 

Bagus baru saja datang bersama dengan dua orang petugas polisi yang sudah di hubunginya semalam.

Kyai Ramdan memberi kode pada Bagus untuk mengeluarkan uang yang sudah ia siapkan untuk Adun. Sambil menunggu Bagus, Kyai Ramdan mulai membuka percakapan.

"Mohon maaf, dan terima kasih atas kehadiran bapak polisi hari ini. Kami bermaksud untuk meminta pertolongan pak polisi, agar bisa mengawal keselamatan dari ibu salah satu santri kami yang kemarin sempat di dzolimi."

Dua pria berseragam itu mengangguk-anggukkan kepalanya, mengerti.

"Kebetulan, beliau tinggal di Kalimantan, dan hari ini bermaksud untuk mengajukan khuluk pada bapak Adun selaku suaminya. Dengan tebusan uang seratus juta ini." Kyai Ramdan melanjutkan ucapannya saat Bagus sudah meletakkan uang seratus jutanya di hadapan mereka. Tak hanya tas berisi uang, tapi ada beberapa lembar syarat yang sudah Bagus siapkan juga untuk perjanjian.

Gus Ahmad maju, lalu membuka map berisi lembar perjanjian itu. Ia membacakan beberapa point yang menjadi syarat dari pihak ibu Lina untuk Adun. Jika point tersebut ada yang tidak Adun penuhi, maka polisi di tempatnya punya kuasa untuk menangkap dan memenjarakannya. Salah satu point dari persyaratan itu adalah, terjaminnya keselamatan keluarga Lina dan adik-adiknya setelah mereka bercerai nanti. 

Tanpa banyak berpikir lagi, Adun menandatangani berkas bermaterai itu dengan seringai kemenangan. Yang ada di pikirannya kali ini hanyalah uang. Ia tak peduli dengan nasib Lina dan keluarganya, asal ia bisa mendapatkan uang seratus jutanya, gratis.

Dua tanda tangan saksi dari polisi dan juga Kyai Ramdan di bawah tanda tangan Adun sebagai penguat. Disaksikan beberapa orang yang hadir dalam ruangan itu, Adun dituntun untuk menjatuhkan talak pada ibu Lina, istrinya.

Lina memeluk ibunya yang menangis haru saat Adun selesai mengucap talak. Dua polisi itu juga segera mengirim gambar dari perjanjian yang sudah di tanda tangani pada kepolisian setempat di Kalimantan sebagai tanda bukti jika terjadi sesuatu di belakang hari pada keluarga Lina. Ana mengusap genangan di kelopak matanya.

Gus Azmi melempar senyum seraya mengangguk saat Ana menatap penuh dengan ucapan terimakasih dari matanya. Setidaknya, melihat Ana begitu saja, dia sudah bahagia. Lina beralih memeluk Ana sambil mengucap ribuan kali terima kasih.

_maaf_

Ning Syila melirik Ana yang berjalan sedikit aneh di sampingnya saat menuju ruang makan.

 Ana yang sadar akan lirikan itu, sama sekali tak berani mengangkat wajahnya. 

Lina dan ibunya sudah lebih dulu berjalan ke ruang makan. Sedangkan Gus Fahmi dan Gus Azmi yang berjalan di belakang mereka pun terlihat heran dengan gaya berjalan Ana.

"Ehem ...." Ning Syila berdehem, mengalihkan pandangan Ana ke arahnya.

"Semalem kayaknya sudah ada yang berperang nih!" godanya sambil menghentikan langkahnya dan melirik pada Gus Fahmi.

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang