M 38

14.3K 1.7K 206
                                    

Mohon maaf ya buat yang spam komen & vote kemarin :(

Author lagi sibu, plus kena gejala writers block juga.

jadi, seterusnya nggak ada targetan lagi.

Jadi jadwal upnya itu maljum, dan akan ada bonus up random hari apa aja sebisa author, jika memungkinkan ya, jadi jangan terlalu di harap.

mohon pengertiannya juga ya, up juga butuh draft hehe :)

Happy Reading 🌱


"Kamu mau langsung pulang?" tanya Dika setelah acara selesai.

Semua tamu sudah pulang ke rumah masing-masing. Para karyawan juga sudah banyak yang pulang. Hanya tersisa beberapa karyawan laki-laki yang tampak sibuk membereskan sisa-sisa perkakas di atas meja tamu.

Bagus menikmati udara malamnya di sebuah saung yang tak jauh dari restonya. Rest area bagi orang-orang yang ingin bermalam sekedar merebah sejenak di sana. Ia tak menjawab tanya dari Dika. Secangkir wedang jahe turut menemani malam dingin mereka berdua.

"Mungkin besok, insyaallah."

Bagus menyeruput wedang jahenya pelan. Lalu kembali menatap langit setelah meletakkan cangkirnya.

"Kalau boleh tahu, sejak kapan kamu kenal Inay?" tanya Dika lagi.

Bagus tersenyum. Ia seolah mengenang pertemuannya dengan Naya kembali. Gadis yang tampak malu-malu di depannya dua tahun sebelumnya.

"Aku lihat kamu pas di rumah sakit," ujar Naya setelah sebulan perkenalan mereka.

Mereka berdua tengah survey ke sebuah lokasi untuk diadakan pembagian sedekah dan sembako gratis untuk para warga miskin di sana. Selain suka berwirausaha, Bagus juga suka kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan dirinya harus turun langsung ke lapangan.

Kali ini mereka berlima masuk ke sebuah kampung di sebelah timur desa tempat saung Bagus berdiri. Tiga orang laki-laki termasuk Bagus, dan dua orang wanita termasuk Naya. Tiga temannya yang lain sibuk bermain dan membasuh kaki mereka di aliran sungai kecil sekitar sawah. Sementara Bagus dan Naya hanya memperhatikan mereka sambil menikmati sejuknya angin di bawah pohon randu.

"Kamu tahu teman Naya yang namanya Dian?" tanya Bagus.

Dika menggeleng cepat.

"Aku orang sini akhi, mana kenal sama anak kota kayak kalian."

"Ah, bisa aja kamu!" Bagus mengedarkan pandangannya pada yang lain.

"Pertanyaanku belum di jawab loh!" Dika masih diserang rasa ingin tahu.

"Dikenalin Dian lebih tepatnya. Karena temen dia yang punya project sama aku. Terus kebetulan, Naya pinter bikin kue. Jadilah dia pemasok utama kue di saung dan resto aku."

"Dia memang suka berkecimpung di dapur sejak kecil." Dika ikut menegaskan pernyataan Bagus.

"Kamu tau betul Naya, ya!" Kali ini Bagus yang mencoba menggoda Dika.

"Kan sudah aku bilang, dia temen aku sejak kecil. Terus sekarang, pemasok kue di resto kamu siapa kalau Inay gak balik ke kota?"

"Loh, dia gak bakal balik lagi? Kan masih kuliah."

"Sepertinya begitu, karena di sini ayahnya sudah tidak bekerja di pabrik lagi."

"Dia masih punya keluarga?"

"Ya jelaslah, pulang kampung kalau bukan untuk ketemu keluarga mau ketemu sama siapa lagi?"

"Dia tinggal sama siapa saja?"

MAAF༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang