Embun memegang tali tasnya kuat-kuat. Entah harus merasa senang atau justru takut saat tubuhnya berada tepat di depan pintu sebuah rumah minimalis bercat putih.
Embun kira ia akan kembali datang ke apartemen yang beberapa hari lalu ia datangi, ternyata saat mendengar alamat yang disebutkan Surya, itu adalah alamat sebuah rumah yang saat ini ada di depan matanya. Sebuah rumah minimalis bernuansa putih yang halaman depannya cukup luas. Tidak ada pot bunga atau tanaman lainnya, hanya ada rumput hijau sampai pagar yang beberapa meter berada di belakangnya. Satu mobil dan satu motor yang biasa Surya gunakan untuk ke sekolah juga terparkir rapi di halaman.
Sejak dulu Embun memang tidak pernah bisa melawan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Entah saat ibunya sendiri memukulnya setiap malam, entah saat mulut teman-temannya terus melayangkan hinaan setiap hari, atau kemarin, ketika mulutnya tetap terkunci ketika Surya memaksanya tutup mulut dengan ancaman pencabutan beasiswa.
Embun dipaksa menjadi pembantu cowok itu.
Harusnya Embun merasa tenang dan baik-baik saja. Karena ini hanya tentang seorang Surya, kakak kelas idaman semua cewek di kelasnya. Harusnya ia tidak perlu takut, jika saja saat tangannya berayun mengetuk pintu. Yang ia lihat pertama bukan Surya yang sedang bertelanjang dada.
Cowok itu mengenakan jeans biru laut seluruh dengan bagian tubuh atasnya yang polos tanpa sehelai benang pun.
"Masuk!" suara itu terdengar begitu dingin. Tanpa ekspresi. Berbeda sekali dengan sosok Surya yang dipuja oleh guru atau siswa SMA Galaksi. Surya yang ia lihat sekarang justru cenderung menakutkan.
Embun melepaskan sepatu yang ia kenakan lalu menentengnya. Kakinya menyusul Surya yang sudah duduk di sebuah sofa.Jika bagian luar rumah khas dengan cat putih, bagian dalamnya justru serba hitam. Benar-benar mencerminkan dua kepribadian Surya yang berbeda pada siang dan malam.
Sepanjang mata memandang, hanya ada warna hitam yang embun lihat. Dua sofa besar berwarna hitam dengan jendela besar yang juga bertirai hitam, pantry hitam beberapa meter dari sofa, serta satu pintu yang entah kenapa Embun kira sebuah toilet. Ahh, ada yang berwarna putih ternyata, yaitu tangga di sudut ruangan yang menuju ke lantai dua.
Sama sekali tidak ada lukisan atau bingkai foto di dinding. Hanya ada televisi besar yang menempel tak jauh dari sofa.
"Ini sepatunya taruh dimana?"
Mendengar pertanyaan konyol itu Surya hanya mendengus sambil menunjuk rak sepatu di dekat pintu. Embun segera menaruh sepatunya disana lalu kembali ke hadapan Surya.
"Ibu sama Ayah Kakak lagi kerja?"
Hampir saja surya melempar ponselnya ke arah cewek udik di hadapannya. Tapi ia urungkan.
"Gue disini tinggal sendirian!"
Mata Embun membulat sempurna. Sendirian? yang artinya hanya akan ada mereka berdua di dalam rumah ini nantinya. Embun, akan satu rumah dengan seorang Alias Surya Gerhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Teen Fiction18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...