17 - Memendam Amarah

8.6K 479 20
                                    

Warning!!!Terdapat adegan dewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!!!
Terdapat adegan dewasa. Yang belum cukup umur, diharap jangan membaca.

***

Setiap manusia itu pasti memiliki tingkat kesabarannya masing-masing. Begitupun dengan Embun, dari dulu ia tidak pernah melawan sebenci apapun sikap ibunya terhadap dirinya. Karena Embun selalu percaya jika ibunya pasti bisa berubah.

Tapi rupanya kenyataan selalu saja meleset jauh dari harapannya.

Sejak diperjalanan pulang tadi, Embun masih betah dengan mulutnya yang tidak bersuara sama sekali. Surya bahkan harus membentak saat cewek itu tidak mau masuk ke dalam rumah.

"Mulut lo ketinggalan di rumah pelacur itu?" bentak Surya. Ia sudah duduk di sofa, dengan Embun yang berdiri di depannya.

"Ibu gak kaya gitu, kak."

"Itu cuma harapan lo doang. Sedangkan kenyataannya justru ngebuktiin kalo dia emang pantes disebut cewek murahan."

Surya tidak takut ketika mengatakannya. Baginya, menyakiti perasaan orang lain dengan kebenaran itu lebih baik daripada harus memberi bumbu manis diatas kebohongan.

"Gue kasih tau sama lo. Mulai hari ini, gak perlu nganggep dia ibu lo lagi. Anggap aja ibu lo itu udah mati, kaya dia yang nganggep lo mati."

Tapi mana bisa, kan?

Orang yang jelas-jelas masih hidup tidak mungkin bisa begitu saja dianggap tiada. Sekalipun orang itu termasuk orang yang paling kita benci di dunia.

"Tapi aku gak kaya gitu. Aku masih punya ibu, beda sama kakak..."

Surya sempat tersentak ketika Embun mengatakan hal itu. Ia tidak suka saat ada orang lain yang sok tahu tentang kehidupannya.

"Gue bilangin sama lo," Surya mendekati Embun. Berdiri tepat di depan cewek itu. "Jadi orang tuh harus tau diri. Kalo udah dibuang, ya pergi. Gak usah kaya pengemis."

Setelah mengatakan itu, Surya berlalu begitu saja. Meninggalkan Embun yang tidak bisa berkata-kata.

Apa dirinya kelihatan seperti sedang mengemis? Pada ibunya sendiri?

***

Banyak dari manusia terlalu mencampuri hidup orang lain, tanpa membenahi hidupnya sendiri. Tidak berkaca sebelum berbicara. Terlalu sok tahu, padahal se-berantakan apapun hidupnya, selalu terabaikan.

Karena mengomentari hidup orang lain tanpa tahu kebenarannya memang terkadang lebih menyenangkan ketimbang berkaca dengan kehidupan sendiri.

Tapi aku gak kaya gitu. Aku masih punya ibu, beda sama kakak...

Perkataan Embun terus terngiang di telinga Surya. Berputar-putar memenuhi kepalanya. Tanpa henti.

Berengsek!

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang