28 - Perhatian

7.4K 601 34
                                    

Kini bolehkah aku berkata bahwa aku semakin dalam jatuh padamu?

**

Hari ke dua Embun dan Surya bolos sekolah. Semalam, saat Embun hendak turun dari lantai dua, Surya melarangnya. Katanya ia harus istirahat dulu. Jadilah Embun tetap berada dan tidur di sana, sedangkan Surya tidur di sofa lantai satu setelah mengambil baju ganti dan satu bantal.

Dan pagi ini, saat Embun baru bangun, ia melihat Surya yang masih tertidur dengan posisi menghadap sandaran sofa. Tubuh cowok itu meringkuk memenuhi sofa.

Dengan langkah perlahan, Embun berjalan ke arah Surya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul enam pagi saat ia memutuskan untuk mengguncang pelan bahu itu.

Mungkin karena merasa terganggu, bola mata Surya perlahan bergerak terbuka. Cowok itu menyipitkan mata untuk menyesuaikan cahaya.

"Kakak belum siap-siap ke sekolah?" tanya Embun.

Surya mengucek kedua matanya lalu segera bangkit dari posisi berbaringnya. Ia merenggangkan otot-ototnya dan menguap dua kali.

"Lo udah sehat?" tanya Surya.

Embun mengangguk mengiyakan. Bersinnya juga sudah hilang karena reaksi obat yang diberikan Surya bekerja cepat. Walaupun dirinya masih agak mengantuk, ia tidak mau membuat Surya harus bolos lagi.

"Besok aja sekolahnya, gue takut lo pingsan di sekolah. Lo juga mending istirahat aja sampe sembuh bener." Kata Surya.

"Tapi aku udah baik-baik aja, Kak."

"Tapi lo baru mendingan!"

"Tapi aku gak mau bolos sekolah lagi,"

Surya memutar bola matanya malas. "Gue udah ijinin lo ke wali kelas."

"Tapi, Kak---"

"Gak usah nyautin omongan gue terus kenapa, sih? Lagian gue masih ngantuk." Sela Surya cepat.

Surya kembali berbaring. Embun hanya mengangguk tanpa mau melawan lagi. Langkahnya kemudian membawanya berjalan ke arah dapur. Yang membuat Surya tanpa sadar memperhatikan punggungnya. Gadis itu baru saja melawan perkataannya.

Tubuhnya memang ia baringkan, tapi matanya awas memperhatikan Embun. Senyumnya terbit saat Embun mulai menggerakkan tangannya dan berkutat dengan segala macam peralatan dapur.

Setelah tau semuanya, gadis itu bahkan tidak pergi darinya. Justru malah memberi semangat dan mengatakan seolah semuanya akan baik-baik saja. Ya, semoga saja begitu.

Masih betah dengan pandangannya saat bunyi nyaring dari wajan yang terjatuh berhasil membuat Surya langsung bangkit dalam waktu satu detik. Ia tidak tahu seberapa cepat dirinya sampai di tempat Embun berada. Matanya membulat dengan mulut mengumpat.

"Heh! Gue bilang juga istirahat aja. Ini malah berantakin dapur gue. Lo pasti masih lemes, kan?" gerutu Surya dengan nada kesal.

Embun mengerjapkan matanya dua kali. "Maaf," katanya kemudian mengambil wajan yang tidak sengaja ia jatuhkan. "Bukan karena lemes, Kak. Tadi kaget gara-gara ada kecoa."

Surya hanya mendengkus. Ia memutar tubuhnya lagi hendak pergi, tapi panggilan dari Embun berhasil menghentikan langkahnya.

"Apa?" tanyanya setelah memutar tubuh.

"Sini aku ajarin masak."

Satu alis Surya terangkat. Apa Embun sedang bercanda? Jelas-jelas gadis itu adalah pembantunya, jadi kenapa ia harus belajar masak?

"Biar kalo nanti aku pergi Kakak bisa mandiri. Gak usah makan jajanan yang gak sehat kaya nugget atau cuma makan roti aja."

Detik berikutnya Surya baru sadar bahwa itu adalah sebuah pemberitahuan. Ia diminta untuk berjaga-jaga jika nanti Embun terpaksa harus memutuskan pergi darinya.

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang