29 - Musuh Terdekat

7K 586 18
                                    

Ada jatuh yang lebih sakit daripada tersungkur,
Yaitu terinjak karena kelakuanmu sendiri.

***

Satu sekolah ramai dengan bisik-bisik yang membuat Surya kembali meneliti penampilannya dari atas hingga bawah. Tidak ada yang salah. Tapi setiap siswa melihatnya seolah dirinya adalah alien yang jatuh dari planet lain.

Tidak ada sapaan yang biasa terdengar. Tidak ada sorakan saat Surya melempar senyuman. Semuanya hilang. Hal yang tentu saja membuat Surya bingung. Ia merasa seperti ditelanjangi oleh banyak pasang mata yang menatapnya terang-terangan namun tidak berani menyuarakan.

Di sampingnya, Embun juga merasakan hal yang sama. Tidak biasanya para siswi mengabaikan seorang Surya begitu saja. Seperti ada sesuatu yang aneh. Tapi apa?

Tapi tentu saja bukan Surya jika menanggapi berlebihan hal itu. Ia hanya sesekali mendengkus tanpa mau perduli. Langkahnya santai menyusuri koridor sekolah. Masih dengan tatapan yang tertuju padanya.

Sampai keduanya tiba di kelas Embun. Bisik-bisik itu semakin terdengar jelas. Surya bahkan harus memelototi Liana yang terang-terangan melemparkan senyum sinis.

"Oh jadi ini ketua OSIS kebanggaan kita. Yang doyannya maen ke klub tiap malem?" Liana berkacak pinggang.

Di sampingnya Anisa ikut memperhatikan dari atas ke bawah. "Di sekolah aja sok alim, sok rapi, sok pinter, sok-sokan banget lah pokoknya. Eh gak taunya tiap malem tidur sama tante-tante." timpalnya.

Surya memutar bola matanya malas. Sama sekali tidak merasa terganggu akan perkataan dua teman sekelas Embun itu.

"Kakak," panggil Embun.

Surya menoleh. "Gak pa-pa. Biarin aja nih uler mau ngomong apa." Dikencangkannya dasi yang melekat di lehernya. Lalu membalas tatapan Liana.

"Buka aja topeng lo sekarang. Anak-anak udah pada tau siapa lo yang sebenernya. Dasar cowok gampangan."

Dan satu kalimat itu berhasil membuat Surya melotot geram. Ia memang sudah yakin bahwa lambat laun semuanya pasti akan terbongkar. Bukan, maksudnya semuanya pasti akan tahu jati diri Surya yang sebenarnya. Tapi Surya sama sekali tidak menyangka akan secepat ini.

Siapa yang berani-beraninya mengusik kehidupan tenang seorang Surya?

"Lo dari tadi ngomong sama gue?" tanya Surya akhirnya.

Liana melotot. Kesal karena sedari tadi ucapannya dianggap angin lalu.

"Heh! Lo gak usah belagu deh jadi cowok. Udah kebongkar aja masih masang tampang tanpa dosa, gak malu?"

Surya berdecih sinis. "Emang gue ngerahasiin apa selama ini?"

"Cowok yang tiap malem cuma bisa duduk di klub gak pantes jadi ketua OSIS."

"Kak Surya gak kaya gitu," bela Embun akhirnya.

Liana kini beralih ke arah Embun. "Nah elo juga. Ternyata emang pantes deh lo berdua. Sama-sama murahan."

Plak!

Satu tamparan melesat cepat ke pipi Liana. Membuat pasang mata yang sedari tadi hanya menonton tersentak karena terkejut. Tidak menyangka bahwa Surya akan melakukan hal sekasar itu.

Ketua OSIS yang selama ini mereka banggakan. Kalem dan tidak pernah marah dalam keadaan apapun kini berani melemparkan sebuah tamparan untuk seorang siswi.

"Kalo mau ngatain orang ngaca dulu," kata Surya tenang. Sama sekali tidak merasa bersalah.

Berbanding terbalik dengan Liana yang wajahnya sudah memerah karena marah.

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang