22 - Ketulusan

8.1K 725 4
                                    

Aku termangu,
Mungkin sulit mempercayai apa yang aku lihat.
Ternyata, selain senyum memabukkan.
Hatimu memang memiliki ketulusan.

-Embun Shara Gemilang

***

Embun tidak pernah memaksa orang lain untuk bercerita apalagi menjelaskan tentang suatu hal. Sebesar apapun rasa penasarannya, ia tahu bahwa dirinya harus menghargai perasaan orang lain. Begitupun dengan Surya, ia membiarkan saja semua pertanyaan yang berkeliaran di kepalanya. Tanpa berniat untuk bertanya sedikitpun.

Mungkin ada alasan kenapa Surya tidak mau menceritakan hal yang menurut Embun sangat mengejutkan itu. Tapi di sisi lain dirinya, Embun juga penasaran kenapa Surya memberitahu hal tidak terduga itu kepadanya.

Padahal Embun tahu, hal sepenting itu tidak mungkin begitu saja diberitahu jika bukan kepada orang terpercaya. Jadi, apakah Embun boleh berfikir jika Surya memberikan kepercayaan itu pada dirinya?

Sejak kejadian kemarin, mereka belum berbicara lagi. Entah saat pulang dari rumah sakit jiwa, saat makan malam bersama, saat sarapan pagi tadi, atau ketika langkah mereka saling bersahutan sepanjang koridor sekolah.

Sapaan yang biasa terdengar Surya balas dengan senyuman seperti biasa pula. Sama ramahnya dan sama hangatnya. Tapi kali ini Embun tahu persis, bahwa dibalik senyum itu ada luka yang terlalu besar untuk ditanggung sendirian. Senyum Surya hari ini justru terlihat mengerikan di mata Embun. Karena setelah tahu sedikit tentang kehidupan Surya, tidak ada yang lebih Embun harapkan daripada Surya yang mau membagi ceritanya.

Tapi rupanya Embun memang perlu sadar diri. Harus mengingat kembali perkataan Surya yang menekankan jika dirinya tidak lebih dari seorang pembantu bagi cowok itu. Tidak lebih.

Sampai saat di depan kelas Embun, Embun baru memberanikan diri untuk buka suara.

"Kak, istirahat nanti aku mau ke perpus. Aku gak ngantin dulu. Kakak ngantin sama temen-temen Kakak aja," katanya.

Surya hanya mengangguk lalu pergi begitu saja. Tubuh tegap itu perlahan-lahan semakin mengecil kemudian hilang dari pandangan Embun.

***

Suasana kelas sudah sepi saat Surya hendak bangkit dari duduknya. Namun tertahan karena tarikan pada tangan kanan yang memintanya duduk kembali. Hanya dengan melihat tatapan itu, Surya bahkan tahu apa yang akan ditanyakan oleh Ali.

"Gue mau ngomong dah sama lo," Ali memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Surya.

Surya yang tadi sempat berdiri kembali duduk, "Nanya apaan?" tanyanya.

Nano dan Dika yang sudah bersiap untuk melangkah kembali memusatkan pandangan pada Ali yang duduk di kursi belakang mereka.

"Kalian gak usah kaya laki bini mau rapat gitu, ya? Segala mau ngomong berdua doang. Disini masih ada kita, woy!!" seru Nano menyipitkan matanya. "Jangan-jangan ada yang kalian sembunyiin dari kita?" tanyanya menyelidik.

"Hayo ngaku lo berdua! Mau ngomongin apaan kalian? Muka udah serius banget kaya lagi rapat paripurna DPRD." Dika menambahkan.

Dua cowok itu bahkan sudah berdiri di samping meja Ali. Sedangkan Surya yang duduk di kursi pojok hanya memperhatikan.

"Kalian berdua bisa biasa aja, gak? Gue cuma mau ngomongin rapat OSIS sama Surya. Kalian mau ikut?"

Nano dan Dika saling pandang lalu memutar bola matanya malas. Keduanya berlalu begitu saja setelah mendengar jawaban dari Ali. Mungkin karena terlalu bosan saat ketua OSIS dan salah satu anggotanya membicarakan hal yang membuat mereka harus memutar keras otak karena tidak paham apa yang dibicarakan.

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang