27 - Merawat Embun

7.6K 617 55
                                    

Bukan,
Bukan tentang seberapa besar usaha yang kamu lakukan.
Hanya karena aku tahu,
Bahwa dibalik itu semua, tersimpan ketulusan.
Membuat semakin yakin,
Bahwa jatuh padamu tidak lagi menyakitkan.
-Embun Shara Gemilang

***

Sejak semalam, Surya memang belum keluar dari kamarnya. Dan sekarang, apa yang ia lihat di depan matanya mampu membuat tersentak kaget.
Di sana, terlihat Embun yang sedang meringkuk di atas sofa. Gadis itu bersin sedari tadi. Dan Surya tidak menyadari hal itu. Padahal sejak mandi tadi Surya sudah mendengar suara bersin, tapi ia sama sekali tidak memperdulikannya.

Saat berada tepat di depan Embun, Surya baru menyadari jika anda wajah embun memerah. Terutama di bagian hidung.

"Lo sakit?" tanya Surya. Tas yang sudah melekat di punggungnya ia letakkan di meja.

Ia bergerak mendekat tapi lewat gerakan tangan Embun memintanya untuk berhenti.

"Nan-nanti Kakak ketularan," katanya lalu bersin lagi. Suaranya terdengar sangat serak di telinga Surya.

Surya mendengus lalu tetap berjalan mendekati Embun. "Lo sakit?" ulangnya tidak perduli pada peringatan Embun.

Embun menggeleng dua kali. Baju lengan panjang lusuh yang ia kenakan semakin ia rapatkan. Ia memeluk tubuhnya sendiri.

"Cuma gak enak badan aja," Embun menjawab. "Aku minta maaf karena gak bikinin Kakak sarapan." Ia bersin lagi. Membuat Surya harus mendesah karena tidak tega. Padahal sedang sakit, tapi masih sempat-sempatnya merasa bersalah hanya karena tidak membuatkan sarapan untuknya.

Dan detik itu juga Surya baru sadar jika selama ini ia sama sekali tidak pernah memberikan Embun selimut. Setiap malam gadis itu mungkin saja harus kedinginan dan Surya tidak pernah kepikiran hal itu.

"Gak usah mikirin gue. Liat muka lo udah kaya kepiting rebus gitu, bego!" Lalu punggung tangannya menyentuh dahi Embun. Merasakan suhu tubuh Embun yang lebih panas dari biasanya.

"Ngerepotin gue aja lo!" decak Surya kesal.

Ia mengulurkan tangannya untuk memegang bahu Embun, satu lainnya ia selipkan di kedua lutut Embun. Membawa Embun bersamanya. Yang tanpa sadar membuat Embun melingkarkan kedua tangannya ke leher Surya.

"Kakak mau buang aku?" tanya Embun. Ia menutup mulutnya saat bersin ke wajah Surya. "Maaf, aku gak sengaja."

Surya hanya melotot tidak terima, tapi tak ayal kakinya tetap melangkah menuju kamarnya. Tidak perduli pada seragamnya yang sudah melekat rapi.

"Kak, kok aku dibawa ke sini?" tanya Embun begitu Surya membaringkan tubuhnya di ranjang cowok itu.

"Asli, lo ngerepotin banget. Kaya orang aja sih pake sakit segala?" kata Surya dengan nada tinggi.

"Maaf," lirih Embun. Tidak menyangka jika Surya akan membentaknya hanya karena sakit. Padahal baru semalam Surya terlihat lebih lembut, tapi pagi ini sudah marah-marah lagi.

"Tunggu di sini!" pinta Surya. Ia memutar tubuhnya untuk kembali ke lantai satu. Baru dua langkah tapi ia sudah berhenti. Seolah teringat akan sesuatu, Surya kembali memutar tubuhnya.

Tangannya menarik selimut menutupi tubuh Embun, sampai dada gadis itu. Membuat Embun harus menahan nafas karena tindakan Surya. Berusaha menenangkan diri agar jantungnya tidak melompat ke luar.

Lalu setelahnya Surya benar-benar pergi meninggalkan Embun sendirian.

Embun tidak tahu harus merasa senang atau bagaimana. Di tengah kondisi tubuhnya yang tidak enak, ia menemukan sosok Surya yang melemparkan perhatian. Dari bagaimana cowok itu bertanya membuatnya berdebar sekaligus senang. Apalagi jika harus mengingat lagi bagaimana Surya dengan hati-hati menarikkan selimut untuknya.

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang