Ada luka yang kubiarkan menganga.
Semakin dalam dengan jangka waktu yang semakin lama.
Lalu bertemu denganmu membuatku sadar,
Jika aku tidak ingin sendirian.-Alias Surya Gerhana
***
Hari itu sepulang sekolah, Surya mengajak Embun untuk makan siang di tempat yang beberapa hari lalu pernah mereka datangi. Suasana yang tidak terlalu ramai membuat Embun lebih leluasa untuk mengerti keterdiaman Surya sejak kejadian itu.
Surya bukan hanya sekedar kesal, tapi juga marah. Seperti ada luka lama yang kembali menganga. Tapi Embun tidak tahu apa.Embun tidak mengerti apakah kesalahannya memang benar-benar fatal hanya karena membukakan pintu untuk seorang wanita? Tapi ia tidak tahu apa penyebabnya, dan Embun harus mengakuinya jika ia sangat penasaran.
Makanan yang mereka pesan datang. Seorang laki-laki menyajikan dua piring nasi, ayam bakar, sambal serta lalapan. Teh manis datang beberapa saat kemudian.
"Lo mau gue tinggal?" sentak Surya mengejutkan Embun.
"Hah?"
"Cepetan makan!"
Lalu Embun mengalihkan tatapannya ke piring. Mereka makan dengan tenang, tidak ada bising yang hinggap di antara mereka. Sampai sebuah petikan gitar ukulele menghentikan tangan Embun untuk menyentuh nasi.
Matanya menoleh ke sumber suara, melihat seorang anak yang juga beberapa hari lalu ia lihat. Tapi kali ini anak laki-laki itu sendirian. Petikan demi petikan membelai telinga, Embun masih menikmatinya. Beberapa menit dan petikan itu terhenti.
Anak itu mengulurkan plastik yang sepertinya digunakan untuk meminta uang pada pria yang sedang makan. Pria yang sedari tadi mendengarkan alunan pengamen cilik itu. Tapi bukannya memberikan uang, pria itu justru menggerakkan tangannya untuk mengusir. Membuat anak itu harus menghela nafas dan bergerak memutar tubuh.
Dan suara derit kursi yang didorong membuat Embun menoleh ke arah Surya yang rupanya sudah berdiri. Cowok itu pergi menghampiri anak itu lalu menepuk bahunya.
"Lo kalo mau ngamen harus tau sasaran dong!" Suara Surya terdengar lantang. Bahkan sampai ke telinga Embun.
Tatapan Surya kemudian jatuh pada pria yang tadi mengusir. "Sini, ikut gue!" pinta Surya menarik anak itu ke mejanya. Setelah sebelumnya melempar seringaian pada pria yang terus memandangnya.
Ia memesankan satu porsi makanan yang sama untuk anak itu. Membuat pria yang tadi mengusir si anak harus menahan nafas karena malu dengan kelakuan remaja berseragam SMA.
"Nama kamu siapa?" tanya Embun begitu si anak duduk di samping Surya. Kali ini Embun bisa melihat dengan jelas wajah si anak.
Penampilannya tidak terlalu memprihatinkan. Bajunya bahkan cukup layak, hanya saja terdapat beberapa noda yang cukup kentara.
Anak itu meletakkan ukulele nya di sisi lalu menatap Embun."Dion, Kak."
Dan pengakuan anak itu menarik sudut bibir Surya membentuk lengkungan. Baru mengetahui nama anak itu.
"Heh, Dion! Adik lo ke mana?" tanya Surya.
Mata anak yang mengaku bernama Dion itu kini beralih menatap Surya.
"Ada, tadi pagi udah ikut saya ngamen, jadi sekarang dia gak ikut. Kasian."
Pesanan Surya datang. Laki-laki yang tadi sempat menyajikan makan untuknya kini menggeser piring dan teh manis kepada Dion. Yang di tatap Dion dengan raut ragu.
"Saya gak mau makan," ucap Dion membuat Surya menaikan sebelah alisnya bingung.
"Adik saya juga belum makan, saya gak bisa makan kalo dia belum makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Teen Fiction18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...