31 - Mengaku Jatuh Cinta

7.7K 722 94
                                    

Di dunia ini, tidak ada hal yang benar-benar murni.
Selalu ada campur tangan untuk segala hal yang kita anggap baik.
Tapi, saat kau menemukan apa yang kau ingini.
Saat itulah kau menyadari jika harus ada usaha yang sepadan untuk mendapatkan itu semua.

Perubahan misalnya.

***

Surya menghempaskan tubuhnya ke sofa. Tasnya ia lemparkan begitu saja. Tak lama Embun menyusul. Setelah mengambil tas Surya dan disatukan dengan miliknya di meja, ia berjongkok di depan Surya untuk membantu melepaskan sepatu Surya lalu ia taruh di rak sepatu.

"Embun," panggil Surya.

Embun bergerak mendekat. Dan saat tangan Surya menepuk sisi kanannya, Embun mengerti jika ia diminta untuk duduk di sebelah cowok itu. Untuk itulah Embun menurut.

"Kenapa lo gak pergi?" tanya Surya. Tangannya saling tertaut dengan wajah menunduk.

Embun paham jika saat ini Surya sedang tidak dalam kondisi baik. Semua perhatian yang biasanya tertuju untuk Surya kini justru berubah haluan menjadi cemoohan.

Siapapun pasti kaget dan tidak akan menyangka. Tapi tidak ada gunanya jika harus terpuruk terus-menerus. Hanya akan menjadi beban yang dirasa tidak berkesudahan.

Untuk itulah Embun menarik sudut bibirnya naik. Ia tidak mungkin dan tidak ingin meninggalkan Surya. Bukan karena segala ancaman Surya yang bahkan sudah tidak lagi berlaku, tapi karena ia paham sulitnya menjadi Surya. Ia tidak ingin cowok itu melaluinya sendirian.

"Karena aku bukan mereka," sahut Embun akhirnya.

"Kenapa? Padahal lo bisa beresin barang-barang lo sekarang juga dan lo pergi dari sini."

"Kenapa aku harus lakuin itu?"

"Karena lo udah bebas." Jawab Surya.

"Aku tau Kakak gak kaya gitu, makanya aku  percaya."

Surya tidak tahu terbuat dari apa seorang Embun. Kenapa bisa sekeras kepala ini?

"Kenapa ada orang seaneh elo?" tanya Surya.

Embun menggeleng cepat. "Aku juga gak tau," sahutnya santai.

"Lo gak risih setelah kejadian hari ini? Surya yang lo kenal terhormat ini sekarang udah kaya keset yang diinjek-injek."

"Kenapa harus risih sih, Kak."

Perkataan Embun berhasil membuat Surya menatap gadis itu. Teduhnya menenangkan Surya.

"Semua orang pernah salah, termasuk aku. Kakak juga, dan mungkin kejadian ini termasuk salah satu kesalahan Kakak. Emangnya apa yang bisa kita lakuin selain maafin diri sendiri dan nerima semuanya?"

"Gue benci karena harus ngakuin kalo apa yang lo omongin ini bener!"

"Kalo gitu gak perlu diakuin." Embun mengerjapkan matanya dua kali. "Yang mau aku tanyain sekarang, gimana sama posisi Kakak di ketos?"

Surya menghela nafas. Lagi-lagi harus diingatkan kembali tentang betapa liciknya seorang Araldo.

"Malem di mana gue marah sama lo karena Sinta ke sini, gue ngerasa ada yang ngikutin gue ke klub, dan pagi ini gue sadar kalo orang itu Aldo."

Embun tersentak kaget. Tidak sadar saat posisi duduknya sudah berubah menghadap Surya. "Wakil Kakak?" tanyanya memastikan.

Surya mengangguk. "Dia ngikutin gue terus ngerekam, dan lo tau lah kejadian setelahnya gimana. Kepsek ngelepas jabatan gue dan sekarang dia yang gantiin."

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang