"Kak, bilangin sama temen kakak, aku minta maaf. Aku gak sengaja."
Mereka sampai di pintu UKS. Surya memutar handle pintu dan mendorong tubuh Embun masuk. Tidak ada siapapun disana. Mungkin karena jam istirahat. Padahal biasanya selalu ada yang bertugas."Lo udah bilang maaf tiga kali. Coba liat tangan lo.." Surya mengangkat kedua tangan Embun. Memperlihatkan kulitnya yang memerah. "Tangan lo juga luka."
"Tapi, Kak Nano lukanya parah."
Surya memutar bola matanya malas. Ia meminta Embun agar duduk di ranjang sedangkan dirinya mengambil obat untuk Embun."Lain kali lebih hati-hati. Sebenarnya bukan salah lo sepenuhnya, tapi lo tau kan sifat Nano kaya gimana?"
Embun mengangguk, ia membiarkan saja saat tangan Surya mengolesi salep pada bagian tangannya yang memerah.
"Pulang sekolah, ikut gue ke mall. Temenin gue nonton. Sekalian gue beliin lo salep buat obatin ini dirumah."
Lagi, Embun mengangguk. Sama sekali tidak berniat menolak saat tangannya masih terasa perih. Lagipula, saat bersama Surya, setidaknya ia tidak perlu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak seperti saat dirinya masih menjadi pengantar pizza. Ia harus bekerja dari pulang sekolah hingga malam hari.
Dan sekarang, meskipun bisa dibilang ia adalah pembantu Surya, pekerjaan jauh lebih ringan. Ia bisa makan makanan enak dan tidur di sofa empuk setiap harinya. Tidak seperti saat di rumah lamanya, saat hujan turun, ia harus berlari kesana kemari hanya untuk menaruh ember pada bagian rumah yang bocor. Tapi dirumah Surya, tidurnya tetap nyaman walaupun hujan deras.
Jadi, memang benar jika di setiap musibah selalu ada kemudahan. Dan Embun merasakannya saat mengenal Surya. Dibalik rasa takutnya pada Surya, cowok itu juga banyak memudahkan Embun.
"Besok-besok, kita gak usah duduk satu meja lagi sama temen gue. Nano pasti gak bakal gitu aja maafin lo."
Hah? tunggu dulu. Kita? itu artinya...
"Gak usah bengong mulu. Lo makin keliatan bego!"
Embun mengerjapkan matanya. Saat mengangkat wajah, matanya langsung bertubrukan dengan netra milik Surya. Gelitik aneh berdesir di seluruh tubuhnya. Berada sedekat ini dengan Surya, Embun memang tidak akan pernah terbiasa. Ia jadi sulit mengatur nafasnya sendiri, tidak bisa menormalkan degup jantung, juga seringkali kehilangan kata-kata.
Padahal di depannya hanya Surya, tapi kenapa memberikan efek sebegitu mengerikan. Embun bahkan melupakan rasa perih pada tangannya, ia hanya fokus pada Surya yang sudah mengalihkan pandangan. Tangan cowok itu bergerak menutup salep.
Embun baru saja akan berterima kasih karena Surya sudah mengobatinya saat pintu UKS terbuka. Ada Nano dan Liana di ambang pintu. Embun melihat Nano yang sudah bertelanjang dada. Suasana koridor yang sepi mungkin saja membuat Nano tidak perduli akan hal itu. Dadanya yang memerah membuat Embun menyimpulkan jika rasa perihnya tidak jauh berbeda dari apa yang ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Teen Fiction18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...