Embun mengerjapkan matanya ketika samar-samar mendengar suara ketukan pintu. Masih dalam keadaan setengah sadar, Embun bangkit dari posisi rebahannya. Kakinya melangkah menuju saklar lampu lalu seketika ruangan berubah terang.
Tepat tengah malam lewat tiga puluh menit ketika Embun melirik jam dinding.
Embun berjalan ke arah pintu, diputarnya kunci yang ia gantungkan saja dua kali. Sampai bunyi klik terdengar. Hal yang pertama kali ia dapati ketika pintu terbuka adahal sosok Surya yang langsung menubruk tubuhnya.
Tidak bisa menjaga keseimbangan, keduanya tumbang dengan Embun yang berada di posisi bawah. Bau alkohol seketika menguar pada indera penciuman Embun. Membuatnya mual dan menggeser kepala Surya dari dadanya. Tolong abaikan kata 'dada' pada kalimat sebelumnya.
"Kakak mabuk, ya?"
Pertanyaan bodoh. Tentu saja. Memangnya Embun berharap apalagi selain itu.
Setelah berusaha keras menyingkirkan tubuh Surya, Embun berdiri. Berpikir keras akan ia apakah tubuh besar nan kekar Surya yang sedang berbaring dengan posisi yang tentunya tidak mengenakkan.
Kalau Embun angkut ke lantai dua, akan ada dua kemungkinan yang menantinya. Surya akan marah karena ia sama sekali tidak boleh naik ke atas sana, selain itu kemungkinan terguling berdua dari tangga juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Tubuh Surya besar dan berat, Embun tidak akan bisa mengangkutnya sendirian.
Tapi kalau ia minta bantuan pada tetangga yang rumahnya jaraknya jauh-jauh, itu akan lama dan menganggu tidur nyenyak mereka. Tapi kalau dibiarkan di depan pintu juga tidak baik, nanti Surya susah dapat jodoh.
Jadi Embun harus bagaimana?
Embun berpikir keras, matanya lalu menoleh ke arah sofa dan ide itu muncul. Kenapa tidak Embun bawa kesana saja dari tadi.
Embun kemudian berjongkok dan menepuk-nepuk pipi Surya pelan. Berhasil, karena kesadaran surya muncul sedikit.
"Kita pindah, yuk, bobonya. Jangan didepan pintu." Ajak Embun entah berharap mendapat jawaban apa.
"Kak, ini kakak mau aku seret aja atau gimana?"
Tangannya bergerak untuk membantu Surya bangun. Segera setelah Surya duduk, ia tarik tangan kanan cowok itu dan melingkarkan di lehernya. Diseretnya sekuat tenaga tubuh Surya untuk kemudian ia lemparkan ke sofa.
Embun memperbaiki posisi tidur Surya. Mengambil bantalan sofa untuk penyangga kepalanya. Lalu melepas sepatu cowok itu.
Wajah Surya penuh peluh dan benar-benar bau alkohol. Rambutnya berantakan dengan bibir yang merah terkena lipstik. Hah? apa? tunggu sebentar. Apa yang baru saja dikatakan Embun? lipstik?
Embun menyipitkan matanya kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Surya lalu membelalak kaget. Benar. Ternyata itu warna lipstik merah merona yang belepotan sampai ke pipi. Tidak menyadari posisi wajahnya yang terlalu dekat, saat itulah Surya tiba-tiba membuka matanya dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Teen Fiction18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...