Prolog

16.8K 735 38
                                    

Aku terpaku, pada sorot tajam bak elang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terpaku, pada sorot tajam bak elang itu.
Aku terpesona, mungkin jatuh untuk kali pertama, mengagumi pahatan indah yang tersaji di depan mata.
Ternyata rumor itu benar.
Aku terjebak hanya dengan sekali tatap.
Namun satu yang kutahu.
Kamu, adalah sosok mengerikan bersampulkan senyum memabukkan.
-Embun Shara Gemilang

Gadis itu mengecek kembali nomor yang tertera di pintu yang berada di depannya, lalu menyamakan dengan nomor yang tertera di kertas yang ada di tangannya.

Sama.

Satu tangannya memegang satu box pizza ukuran besar. Sedang tangannya yang lain terangkat untuk mengetuk pintu sambil berteriak 'pizza', tiga kali sampai pintu itu terayun terbuka. Menampilkan sosok cowok yang sedang bertelanjang dada, dengan tubuh yang terlihat agak basah, dan bercak merah yang terlukis hampir menutupi lehernya.

Matanya masih membelalak sempurna, entah kaget atau masih berusaha untuk mengurai rasa terpesonanya. Si pengantar pizza meneguk air liurnya berulang kali, merasa baru pertama kali melihat  makhluk hampir sempurna dalam jarak sedekat itu.

Netra tajam bak elang yang siap menerkam, rambut berantakan yang justru terlihat begitu tampan, juga alis tebal dan rahang tegas berhiaskan bibir yang terpahat sempurna.

Ahh, jangan lupakan perut kotak-kotak yang rasanya begitu hangat jika disentuh itu.

Harusnya begitulah sekilas pikiran liar cewek lain. Tapi si pengantar pizza, rasanya hanya ingin cepat kembali bekerja agar tidak jatuh pingsan karena pemandangan asing di depannya.

"Siapa sayang?" suara itu berasal dari arah belakang cowok itu.

Seorang cewek muncul dengan tubuh terbalut selimut, rambut berantakan, dan wajah yang juga penuh keringat.

Mereka habis melakukan olahraga apa sampai berkeringat seperti itu?

"Pesanan pizza kamu, sayang!" sahut si cowok. Tangannya terulur untuk mengambil box pizza yang sedari tadi diulurkan oleh cewek di depannya.

"Ini uangnya." Cowok itu meletakkan tiga lembar uang seratus ribuan di tangan si cewek pengantar pizza itu yang masih mengambang terbuka. "Makasih!" lanjutnya kembali menutup pintu.

Si pengantar pizza masih membeku di tempat. Bukan karena uang yang diberikan terlalu banyak, atau karena cewek yang bersama si cowok yang merupakan tante-tante. Tapi karena ia yakin seratus persen jika cowok yang beberapa saat lalu baru menutup pintu itu adalah...

Alias Surya Gerhana.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung...

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang