Melihatmu, aku juga ikut merasakan sakitnya.
Seolah sedang dilemparkan kembali pada masa laluku.
Kamu ... jatuh terlalu dalam.-Embun Shara Gemilang
***
Dulu, Embun merasa bahwa hidupnya sangat berantakan. Ia merasa bahwa hidupnya sangat menyedihkan. Tidak dianggap oleh ibunya sendiri, saat ayahnya meninggal ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi, apalagi mengingat keadaan dirinya di sekolah, ia seolah seperti makhluk aneh yang tidak pantas ditemani.
Tapi ayahnya pernah berkata bahwa dirinya harus jadi anak hebat. Embun menurut, apa yang ia lakukan di sekolahnya sejak SD selalu mendapatkan pujian dari guru-guru. Ia pintar dan sopan. Meskipun begitu, tetap saja ia tidak pernah mendapatkan pengakuan dari ibunya, walaupun ayahnya selalu bangga.
Dan sekarang, saat ia melihat Surya juga mengalami hal yang serupa, ia tahu bahwa Tuhan selalu mengerti bagaimana cara membuat manusia saling memahami. Yaitu ikut merasakan kesakitan apa yang orang di sekitar kita alami. Serupa dirinya, Surya juga hampir mendapatkan hal serupa. Ia tidak diakui, dianggap kesalahan, dan yang lebih menakutkan, Surya melampiaskan semua rasa kecewanya dengan melupakan dirinya sendiri.
Cowok itu membangun jati diri baru, membuat benteng pertahanan agar tidak kembali jatuh. Tapi lagi-lagi semuanya kembali pada takdir. Sekuat apapun kita berusaha mengelak apa yang sudah terjadi, Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk membuat kita berusaha menerima. Menjatuhkan dan mengambil apa yang kita miliki, misalnya.
Embun dan Surya memiliki luka yang hampir serupa. Yang membedakan hanyalah satu, Embun yang tetap berusaha tegar menghadapi segala hal, dan Surya yang justru lari dan mengubur semuanya sendirian. Bersikap seolah semuanya baik-baik saja padahal nyatanya cowok itu begitu rentan.
Satu dua ucapan yang menyangkut masa lalu dan mempengaruhi pikirannya bukan hanya akan mengingatkannya kembali, tapi juga membuka luka. Melemparkannya pada satu hantaman yang sampai saat ini belum bisa Surya terima. Dan Embun tidak menyukai hal itu. Surya harus sembuh, bagaimanapun caranya.
***
Saat langkahnya kembali membawa Embun pada kamar Surya. Yang pertama ia lihat ada punggung tegap yang saat ini begitu rapuh. Embun bahkan takut jika satu sentuhan berlebihan saja akan membuat Surya lebur. menghilang dari pandangannya.
Cowok itu sedang duduk di kursi yang terakhir kali Embun lihat berada di depan meja belajar namun sekarang dihadapkan pada jendela yang dibiarkan terbuka. Mereka seolah berada di tengah taman dengan cahaya yang menerobos bukan hanya dari jendela, tapi juga dari bagian atas.
Surya masih tidak bergerak bahkan ketika Embun sampai di sampingnya dan memanggil cowok itu.
"Kak,"
Akhirnya Embun berjongkok di depan Surya, dengan lutut sebagai penahan tubuhnya. Matanya sekilas melirik sebentar ke arah halaman rumah Surya lalu beralih pada tangan Surya.
Surya yang saat ini berada di hadapannya seperti batu yang sedang duduk. Jangankan bergerak, berkedip pun tidak. Seolah tidak merasakan saat Embun menyentuh tangannya dan membawanya untuk ia letakkan pada tangan kirinya yang sudah dilapisi handuk, satu tangannya lagi mengambil handuk lain yang sudah direndam lalu memerasnya dengan cara dikepal.
Tangan kekar itu ia basuh dengan perlahan. Menghilangkan jejak darah yang masih agak basah. Lalu beralih ke tangan yang satunya lagi. Hal yang sama ia lakukan, membasuh dengan hati-hati agar lecetnya tidak terlalu sakit saat bersentuhan dengan handuk.
Pikir Embun pasti akan sakit sekali, tapi saat menoleh ke wajah Surya, cowok itu tetap memasang wajah tanpa ekspresi. Tidak merasa sakit ataupun meringis. Mungkin karena sesak di dadanya jauh lebih menyakitkan daripada memar di punggung tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Teen Fiction18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...