38 - Penolakan

7.2K 525 98
                                    

Jadi begitu,
Ternyata diinjak oleh kesalahan sendiri memang menyakitkan.

-Alias Surya Gerhana

***

Seorang Surya nyaris tidak pernah menyesal atas apapun yang ia lakukan. Ia seringkali berlaku semaunya, menginjak harga diri orang lain, atau bahkan mempermainkan orang lain.

Baru kali ini. Saat tidurnya tidak nyenyak hanya karena dihantui perasaan bersalah karena menyakiti Embun, saat makannya berulang kali ia abaikan karena nafsunya bahkan sudah hilang, belajarnya berantakan dan ia sama sekali tidak memperdulikan hal itu, dan semua itu hanya karena Embun.

Gadis itu selalu saja menari-nari di dalam kepalanya. Tangisannya terdengar menyakitkan di telinga. Tangisan yang terpecah karena perkataan kejamnya.

Untuk itulah, di sinilah Surya berada sekarang. Di tengah koridor kelas sebelas. Mungkin karena kemarin ia sempat melihat Embun pulang di jam yang sama dengannya. Sehingga ia berpikiran bahwa hari ini gadis itu juga belum pulang.

Hampir seluruh kelas sudah sepi. Hanya beberapa siswa yang terlihat sedang berjalan di koridor. Dan saat langkahnya sampai tepat di depan pintu kelas Embun, matanya langsung menangkap sosok itu.

Dalam jarak beberapa meter, Surya melihat Embun yang sedang duduk diam di kursinya. Embun itu memang tidak punya teman, satu hal yang terkadang  membuat sudut hati Surya teriris melihat gadis itu selalu terabaikan oleh sekelilingnya.

Lalu wajahnya terangkat.

Berbarengan dengan tubuh Surya yang tiba-tiba membeku, Embun juga ikut tersentak. Surya baru saja akan melangkah mendekat, tapi tangan Embun yang bergerak memasukkan buku dan pulpennya dalam gerakan cepat membuatnya mengurungkan niat.

Embun terburu-buru bangkit dari duduknya. Ia melewati barisan kursi dengan langkah lebar, dan wajah yang menunduk. Bahkan ketika sampai di hadapan Surya, ia melewatinya begitu saja. Seolah tidak ada orang lain di sana.

Memaksa tangan Surya untuk segera memegang bahunya.

"Embun! Gue mau ngomong," kata Surya.

"Mau ngomong apa sih, Kak?" tanya Embun dengan wajah yang masih membelakangi Surya.

"Tolong gak usah ngehindar kaya gini!" Surya berusaha sebaik mungkin agar suaranya tetap terdengar lembut. Benar-benar jauh dari seorang Surya yang anti sekali dengan itu.

"Aku gak ngehindarin apapun. Aku cuma mau pulang."

"Tapi dengerin gue dulu sebentar,"

"Aku mau pulang, Kak!"

Surya melepaskan tangannya dari bahu Embun, kini beralih berdiri di depan gadis itu.

"Gue mau minta maaf, tolong gak usah pergi dari gue!"

Barulah Embun mengangkat wajahnya. Tatapnya seketika beradu dengan milik Surya.

"Jangan pergi gimana sih maksud Kakak? Emang siapa yang pergi? Aku? Sekarang aku tanya, emangnya ada hubungan apa di antara kita?"

Hati Surya seperti tersengat sesuatu. Perkataan yang terdengar begitu lantang itu berhasil meruntuhkan segala dinding pertahanannya dalam sekejap. Kalimat sederhana itu berdengung di telinganya.

Oh, jadi begini rasanya tidak dianggap ada?

"Lagian aku pergi dari rumah Kakak juga bukan karena apa-apa. Aku cuma mau pulang, ke rumahku!"

Surya tahu bahwa perkataannya dua hari lalu memang sangat menyakitkan. Siapapun pasti akan merasa terluka juga kecewa. Tapi ia sama sekali tidak menyangka bahwa Embun akan bersikap sampai sejauh ini. Menjauhinya dan bersikap seolah tidak perduli lagi.

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang