Setelah semua yang sudah terjadi.
Kenapa selalu wajahmu yang terus-terusan kembali.
Memenuhi kepala dan membuatku gila.
Jadi begini rasanya kecewa.
Dipermainkan oleh penyesalan semata.-Alias Surya Gerhana
***
Mon maap, masih suka nyiksa Surya akunya. Hahahahaha
Oh iya, jangan lupa baca pengumuman di akhir cerita. Penting!!! Wkwk..
Happy reading ♥️
Tangan Surya mengangkat gelas yang berada di tangannya ke udara. Meminta agar bartender yang sedari tadi memperhatikannya mengisinya lagi. Tapi laki-laki itu menolak.
"Lo udah minum terlalu banyak, Surya. Gue takut lo kenapa-napa." Si bartender memperingatkan. Memancing dengkusan kasar dari Surya.
"Berengsek lo, Tristan. Gue butuh itu!"
Tristan si bartender menggeleng, menolak permintaan Surya yang sedari tadi selalu menggunakan kalimat yang sama.
"Seneng-seneng boleh aja, ngelampiasin kemarahan juga boleh aja. Tapi harus tetep tau bates juga kali. Lo bisa mati entar. Lagian ada apaan sih? Tumbenan lo mabok sampe segininya."
Surya menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengusir pening dari sana.
"Gue lagi ada masalah."
Tristan menaikkan sebelah alisnya bingung. Masalah apa yang sampai membuat seorang Surya hampir kehilangan akal sehat? Selama ini ia tahu betul bahwa Surya bukan termasuk orang yang terlalu memikirkan masalah, sebesar apapun itu. Lalu apa yang terjadi sekarang?
"Ada masalah apa sih sebenernya sampe tangan diperban gitu? Lo galau gara-gara cewek? Yailah kalo itumah lo tinggal nunjuk aja yang ada di sini. Atau lo lagi butuh duit? Tinggal bilang sama gue, pasti gue bantu."
Masalahnya tidak semudah itu. Embun berbeda. Gadis seperti Embun tidak akan pernah ia temukan di klub manapun. Tidak akan ada. Dan soal uang, baru kali ini Surya mengakui jika ada yang lebih berharga dari hal itu.
"Lo gak bakal ngerti, Tristan."
"Karena lo gak cerita sama gue, Bangke!"
Surya mendengkus kesal. Ia tidak bisa cerita, terlalu rumit. Kalaupun bercerita belum tentu Tristan akan memahaminya.
"Udahlah lo gak usah ngomong mulu, buruan isiin gelas gue!" suruh Surya.
Suasana klub saat itu sudah tidak terlalu ramai. Alunan musik Disk Jockey sudah tidak lagi terdengar. Karena jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Terlalu larut untuk bersenang-senang. Banyak dari pengunjung yang memilih pulang atau bahkan tidur dengan teman wanitanya. Tapi Surya justru masih betah di sana. Tidak berniat pulang ke rumah.
Malam ketiga ia mabuk berat seperti ini. Kepalanya seperti mau pecah, tapi Surya mengabaikannya.
"Gak bakalan gue kasih lagi, gue takut lo mati di sini nanti malah gue yang repot."
Kepala Surya sakit sekali, membuatnya terpaksa menjatuhkannya ke meja bar. Tangannya yang sedari tadi menggantung di udara lemas dan ia jatuhkan di sisi tubuh. Membuat gelas yang ia pegang jatuh mengenaskan di lantai. Menimbulkan bunyi pecahan yang nyaring di telinga.
"Lo doyan banget ngotorin lantai, kayaknya. Elo tuh emang seneng banget kalo gue susah." Tristan berdecak kesal karena ulah Surya. Sudah tiga malam cowok itu melakukan hal serupa.
"Pala gue serasa mau pecah," keluh Surya.
"Bodo amat! Biar pecah sekalian. Kesel gue dari tadi ngomong gak di dengerin. Awas aja lo kalo besok-besok kaya gini lagi! Gak bakal gue kasih minum lagi lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Teen Fiction18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...