7 - Ancaman

8.9K 561 12
                                    

Embun segera melesat cepat menuju pintu saat terdengar suara ketukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Embun segera melesat cepat menuju pintu saat terdengar suara ketukan. Ia baru saja selesai mandi dan hendak makan malam.

Keningnya berkerut, ini baru saja jam setengah sembilan malam, tapi kenapa Surya sudah pulang?

"Kakak ko udah pulang?" Embun bertanya begitu pintu terbuka.

Surya langsung menerobos masuk tanpa menyahut, direbahkan tubuhnya di atas sofa.

"Emangnya kenapa kalo gue pulang jam segini?"

"Gak pa-pa, sih." Mata Embun melirik ke arah lebam di wajah Surya lalu meringis. "Muka kakak kenapa?" tanyanya kemudian.

Surya tidak menjawab, tangannya bergerak membuka tali sepatu dan mengambil remot untuk menyalakan televisi.

Embun tidak suka saat melihat orang lain terluka, untuk itulah ia berinisiatif untuk mengambil kotak obat yang baru tadi pagi ia temukan berada di atas rak dapur. Ternyata ada gunanya juga Embun mengobrak-abrik lantai satu. Buktinya, ia menemukan sesuatu yang berguna untuk sekarang.

"Biar aku obatin, Kak!"

Surya menoleh lalu mengernyit, melihat Embun yang memegang baskom kecil dan kotak obat. Ia sendiri bahkan lupa kapan terakhir kali menggunakan kotak obat itu. Lalu dimana cewek itu menemukannya?

Tanpa menunggu jawaban, Embun duduk disamping Surya yang sedang menghadap ke televisi. Lalu mulai membersihkan luka Surya dengan handuk kecil.

Surya terhenyak, entah karena apa. Selama ini saat ia mendapat pukulan, ia sama sekali tidak pernah mengobati luka itu. Selalu dibiarkan saja sampai luka itu sembuh sendiri. Karena Surya memang tidak pernah terlalu perduli dengan luka sebesar apapun itu, toh memang tidak akan pernah ada yang perduli.

Tapi sekarang, orang asing yang berada disampingnya itu dengan lembut menempelkan handuk ke bibir surya dan beberapa luka lainnya. Surya bahkan sudah melupakan sakitnya dan tidak perduli sejauh apa robek di bibirnya. Tapi saat kapas yang dibasahi obat merah itu menempel disana, surya meringis nyeri.

"Terlalu aku teken, yah? maaf kak, gak sengaja." Embun ikut meringis.

Mereka sama-sama terdiam, Embun melanjutkan mengobati luka sedangkan Surya memperhatikan setiap gerakan kecil dari Embun.

"Taraaaaa!" Embun berseru senang setelah menempelkan plester pada luka Surya. Puas dengan hasil karyanya sendiri.

Surya harusnya terkekeh atas aksi Embun barusan yang menurutnya sangat lucu. Tapi ia hanya menarik sedikit ujung bibirnya yang bahkan tidak dilihat oleh Embun.

"Embun!" panggil Surya.

Embun yang sudah berdiri kembali duduk dan menyahut, "iya?"

Diletakkannya kembali baskom berisi air itu ke meja sedang kotak obatnya ia biarkan di paha.

A Dangerous Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang