Surya melihat Embun yang membawa pakaiannya di tangan. Cewek itu terlihat terburu-buru melangkahkan kakinya, lalu meletakkan tumpukan pakaian itu di sofa. Tangannya dengan cekatan membereskan piring dan mangkuk lalu ia letakkan kembali ke nampan. Kakinya melangkah tergesa menuju dapur, lalu kembali dengan segelas air.
Surya bisa melihat dengan jelas bagaimana tangan Embun membukakan bungkus obat untuknya, memberikannya, lalu menyodorkan gelas yang rupanya berisi air hangat itu ketika ia sudah memasukan obatnya ke mulut.
Seolah baru teringat akan sesuatu, Surya berdecak kesal. Ia melihat Embun yang sudah akan menaruh kembali gelas ke dapur.
"Semalem lo liat apa aja di kamar gue?"
Gerakan kaki Embun terhenti sejenak. Ia mendudukkan tubuhnya kembali di sofa, menggeser pakaian yang ia letakkan di sampingnya agar ia lebih leluasa.
"Maksud Kakak?" tanyanya.
Surya ingat ketika dia bangun tadi, lampu di kamarnya menyala. Dan ia tahu bahwa Embun lupa mematikan lampu jika memang berusaha tidak ingin ketahuan. Ia pun sebenarnya tidak bisa menyalakan Embun yang memasuki kamarnya, karena memang dirinya juga lah yang memaksa Embun.
Tapi Surya tahu jika Embun benar-benar pasrah akan sentuhannya semalam. Meskipun tidak pernah berpacaran, Surya lebih tahu bagaimana tatapan seseorang ketika menganguminya, lebih dari pasangan kekasih yang saling mengerti. Surya tahu tatapan memuja para gadis ketika menatapnya. Dan sudah sejak awal, Embun pun menatapnya demikian. Yang membedakan, Embun tidak terang-terangan memperlihatkan seberapa istimewa dirinya di mata cewek itu. Tidak seperti gadis lain.
Embun berbeda, anggaplah cewek itu terlalu munafik. Berusaha keras menolak, padahal nyatanya ia pun ingin mengenal Surya lebih dekat.
"Pas gue ngajak lo ke lantai atas, apa aja yang udah lo liat? apa aja yang udah lo sentuh?"
Suara Surya terdengar dingin dan datar, dan Embun harus susah payah menelan air liurnya hanya agar suaranya tidak terdengar gemetar.
"Aku gak sentuh apapun, Kak. Aku berani sumpah."
Embun mengatakan yang sebenarnya, ia memang tidak melihat apapun selain betapa terkesimanya dia pada suasana kamar Surya. Selain itu, ia juga tidak menyentuh hal lain selain saklar lampu juga lantai yang ia pijak. Tidak-tidak! ranjang Surya, Embun juga sempat merebahkan kepalanya disana.
Apa itu suatu pelanggaran? kesalahan?
"Itu pertama dan terakhir kalinya lo kesana."
Embun mengangguk. Ia mengikuti pergerakan Surya yang beranjak dari sofa menuju lantai dua.
"Nanti malem gue keluar. Langsung bukain pintu begitu gue ngetuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Ficção Adolescente18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...