"IBU!!!" panggil Embun sekali lagi saat wanita yang sedang menggandeng tangan seorang pria itu tidak juga menoleh.
Apa ibunya itu sudah melupakannya? padahal kan mana mungkin seorang ibu melupakan anaknya sendiri, iya, kan?
Embun berhenti melangkah. Tangannya mencengkram tali tasnya kuat, juga paper bag yang tadi diberikan Surya, menambah pegangannya. Ia tidak boleh kehilangan ibunya lagi.
"Ibu... Ini Embun!"
Merasa familiar dengan nama itu, wanita yang sedari tadi dikejar oleh Embun menoleh. Terkejut saat mendapati anaknya berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
Embun bergerak mendekat. Wajahnya sumringah melihat sosok yang sudah lama tidak pernah ia lihat. Farah, satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini kini ada di depan matanya. Terlihat cantik. Tidak, ibunya memang selalu cantik.
Air matanya hampir jatuh saat itu juga. Rasa rindu yang selama ini terkumpul, membuncah keluar. Berhamburan dan menyatu dengan rasa senang yang terpancar.
Embun kehabisan kata-kata. Rasanya ingin memeluk namun tubuhnya kaku. Ternyata memang benar ibunya. Walaupun sudah beberapa tahun tidak bertemu sosok itu, Embun masih dengan mudah mengenalinya hanya dengan melihat punggung itu.
Ibunya terlalu cantik jika dibandingkan dengan perempuan lain. Membuat Embun mengenali hanya dengan sekali lihat.
"Ibu..."
Wanita yang Embun panggil ibu berdecak kesal, rupanya tidak suka dengan kehadiran Embun. Tak jauh berbeda dengan reaksi pria disampingnya yang memasang wajah penuh tanya.
"Kamu bukan anak saya!"
Senyum di bibir Embun memudar seketika. Berganti dengan sesak karena perasaan tidak dianggap dan diterima oleh ibunya sendiri.
"Gak usah bikin saya malu disini, ya!"
Tidak! jangan sekarang. Embun tidak siap jika harus mendapat penolakan lagi. Sebentar saja, biarkan dirinya memeluk ibunya. Setelah itu, ia berjanji akan pergi seolah tidak pernah ada.
"Bu, Embun kangen. Kapan ibu pulang?" tanya Embun lembut.
"Apa kamu bilang? pulang? pulang kemana? kamu itu bukan anak saya. Jadi gak usah sok kenal kaya gitu."
Tidak apa-apa. Dulu juga ibunya sekasar ini. Jadi Embun pasti bisa menghadapi ibunya yang sekarang. Embun hanya perlu bersikap baik dan tidak melawan.
"Ini Embun, bu... anak ibu."
Wanita itu memutar bola matanya malas. "Susul ayahmu sana!"
Embun tersentak mendengar perkataan yang terdengar begitu santai itu. Ayahnya sudah meninggal, apa barusan ibunya baru saja meminta agar dirinya ikut meninggal juga?
"Embun anak ibu," kata Embun lagi-lagi mendapat dengusan kasar.
Beberapa pengunjung lain menyempatkan diri untuk menoleh. Melihat pertunjukan drama di lantai dua itu. Tapi kebanyakan hanya mengabaikan dan tidak mau tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dangerous Boy (TAMAT)
Teen Fiction18+ BAGI YANG MEMILIKI MENTAL LEMAH DIHARAP JANGAN MEMBACA! Karena setelah mengenal sosok Surya, jangan harap bisa lepas darinya. Silakan arungi, dan kendalikan diri agar tidak tenggelam. Rank : # 1 in Kelam 30/04/2021 # 1 in Secret 2...