1.6

1.5K 176 19
                                    

Sebuah jeruk mandarin terjatuh dari genggaman, menggelinding mulus memasuki kolong meja kecil di sudut ruang dapur. Satu tangan putih yang mulai terlihat berkerut menjulur meraba, mencari benda bulat kecil berkulit jingga terang disana.

Tapi yang ditemukan bukanlah benda bulat melainkan benda keras berbentuk lumayan besar. Ditariknya benda berupa buku tebal nan usang dengan penuh debu dibagian atas.

Mengabaikan jeruk yang tergeletak, Heechul malah mengerutkan dahi sambil bangkit membawa buku usang itu lalu di taruhnya diatas meja makan seraya mendudukkan tubuh di kursi.

Heechul meniup pelan permukaan buku, mengusir debu dan membersihkan sisanya dengan lap tangan, membuat tulisan kapital bernuansa gold pada cover semakin terlihat jelas. Judul buku bertuliskan 'MAGIC IS A MIRACLE THAT EVIDENT' yang berarti 'Sihir adalah sebuah Keajaiban yang Nyata'.

"Astaga.. Ku kira, semua buku sihir dirumah ini sudah kubakar, ternyata masih tersisa satu. Bagaimana bisa buku ini tergeletak begitu saja di bawah kolong?"

Heechul bergumam tak menyangka. Tangannya membuka kertas usang itu selembar demi selembar dan membaca kalimat berbagai macam mantra yang tidak di mengerti,- kecuali para 'pesihir' tentu saja.

Mata Heechul membulat terkejut saat membaca sebuah tulisan tepat di halaman 6 yang terletak dibagian bawah kertas, membuat tangannya berubah gemetar serta perasaan yang dilanda cemas. Segera Heechul merogoh saku samping di gaun hanboknya guna mengambil kacamata minus yang langsung dipakainya, ia membaca lekat tulisan itu sekali lagi untuk meyakinkan diri bahwa ia tidak salah membaca.

"Benar, ternyata benar dugaanku. Ramuan yang kubuat saat itu tidak dibacakan mantra ini sehingga dapat menimbulkan efek. Aku sangat menyesal tidak menyadari efek berbahaya ini dari awal. Oh, ya Tuhan.. Felix.. Maafkan aku.. Maafkan aku.."

Terlihat rasa penyesalan begitu kentara di wajah Heechul. Merutuki kebodohannya yang tanpa sengaja telah membahayakan diri Felix. Heechul menjerit dalam hati, melihat ia hampir saja membunuh satu nyawa anak manusia.

"A-apakah dia sudah meminum ramuan penawarnya? Aku yakin, ramuan itu dapat membuat kehidupan Felix kembali normal. Oh.. Semoga saja belum terlambat.."

Meski cara berjalan Heechul sedikit terhuyung-huyung saking khawatir, ia tetap melangkahkan kaki ke arah ruang tengah.

Berusaha duduk di sofa setenang mungkin, Heechul mengatur nafas sebelum mengalihkan pandang ke arah telepon rumah di atas nakas tepat disamping sofa. Mengangkat gagang telepon dan mendekatkannya ke arah telinga kanan, sementara jari telunjuknya yang gemetar menekan-nekan beberapa tombol angka.

Menunggu seseorang menjawab telepon, Heechul melirik ke arah jendela yang belum tertutup oleh tirai gorden. Diluar sedang hujan deras.

"Halo.."

"Woojin!" Heechul memekik saat suara di telepon menyapa telinganya.

"Iya, nek?"

"Kau sudah mengingatkan Felix untuk meminum ramuanku? Bagaimana keadaannya sekarang? Dia sudah kembali menjadi pria bukan? Felix baik-baik saja, kan?" tak segan Heechul menyerbu sang cucu dengan pertanyaan, ia begitu mengkhawatirkan Felix.

"..."

"Woojin..?"

"..."

"Woojin, kau mendengarkan nenek?" rasa cemas semakin membuncah saat suara diseberang tak lagi menyahut.

"Wooji-"

"Felix baik-baik saja, nek."

Sekalipun Woojin menjawab dengan notasi suara yang tenang, Heechul belum bisa bernafas lega kala mendengar nada bergetar pada suara sang cucu.

HYUNG OR NOONA | HYUNLIX -GS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang